JAKARTA - Petani di Kabupaten Indramayu tengah menikmati harga gabah yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga pembelian pemerintah (HPP).
Kondisi ini menjadi kabar gembira karena hasil panen dapat memberi keuntungan lebih besar. Di Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, harga gabah kering panen (GKP) kini berada di kisaran Rp7.500 per kilogram. Angka tersebut memang sedikit turun dibanding awal panen yang sempat mencapai Rp8.000 per kilogram.
Meski demikian, harga itu masih jauh di atas HPP GKP yang ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram. Situasi ini memberi harapan baru bagi petani untuk memperbaiki pendapatan mereka.
Gabah Langsung Diserap Tengkulak
Tingginya harga gabah membuat para tengkulak berbondong-bondong datang langsung ke sawah petani. Mereka bahkan tak menunggu gabah dijemur, melainkan membeli langsung hasil panen di lahan.
Seorang petani, Opih Riharjo, mengatakan para tengkulak datang dari berbagai daerah, termasuk Jawa Tengah. Ia menyebut gabah hasil panen langsung diangkut begitu selesai dipotong.
Fenomena ini terjadi karena tingginya permintaan gabah di pasaran. Dengan begitu, petani tidak kesulitan memasarkan hasil panennya dan bisa segera mendapatkan modal untuk musim tanam berikutnya.
Produksi Panen Meningkatkan Keuntungan
Selain harga yang bagus, produksi padi di musim ini juga terbilang cukup tinggi. Opih menuturkan rata-rata produksi bisa mencapai tujuh ton per hektare. Dengan produktivitas sebesar itu, petani dapat merasakan hasil yang lebih menjanjikan. Terlebih biaya produksi dihitung masih dalam batas wajar.
Menurut perhitungan Opih, modal tanam hingga panen sekitar Rp8 juta per hektare, ditambah biaya sewa combine sebesar Rp1,5 juta. Angka tersebut belum termasuk sewa lahan bagi petani penggarap.
Dengan perbandingan biaya dan hasil panen, keuntungan petani bisa lebih besar daripada musim sebelumnya. Mereka pun lebih percaya diri untuk melanjutkan usaha taninya.
Optimisme Sambut Musim Tanam Rendeng
Melihat tren positif ini, banyak petani memilih langsung menjual hasil panen mereka. Uang hasil penjualan digunakan untuk menutup biaya produksi sekaligus persiapan musim tanam rendeng 2025/2026.
Keputusan menjual langsung gabah juga dipengaruhi oleh kebutuhan rotasi tanam. Petani ingin segera mengolah lahan kembali sehingga stok gabah di gudang menjadi tidak perlu.
Situasi harga yang stabil di atas HPP sekaligus produktivitas yang tinggi mendorong petani lebih optimistis menghadapi musim selanjutnya. Mereka berharap tren ini bisa terus bertahan.