JAKARTA - Langkah seorang direktur dalam membeli saham perusahaannya sendiri kerap dianggap sebagai sinyal kepercayaan terhadap prospek kinerja emiten tersebut.
Hal ini juga terjadi di PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), ketika salah satu direkturnya, Handi Sutanto, resmi tercatat membeli saham ANTM pada akhir September 2025.
Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang dirilis Rabu 8 Oktober 2025, Handi Sutanto membeli sebanyak 300 saham ANTM pada 26 September 2025. Transaksi dilakukan dengan harga Rp 3.190 per saham sehingga total nilai pembelian mencapai Rp 957.000.
Dalam laporan itu, Handi menegaskan tujuan dari aksi ini adalah transaksi trading atau pembelian biasa, dengan status kepemilikan langsung. Artinya, sebelum transaksi ini, ia belum memiliki saham Antam sama sekali.
Setelah pembelian tersebut, kini Handi tercatat resmi menggenggam 300 saham ANTM.
Pergerakan Harga Saham Antam
Meski ada aksi beli dari direksi, harga saham Antam pada perdagangan sehari sebelumnya justru ditutup di zona merah. Pada penutupan Selasa, 7 Oktober 2025, saham ANTM susut 1,57 persen ke level Rp 3.140 per saham.
Saham sempat dibuka menguat di posisi Rp 3.220 dari penutupan sebelumnya Rp 3.190, bahkan menyentuh titik tertinggi harian di Rp 3.250. Namun, tekanan jual membuatnya kembali melemah hingga ditutup lebih rendah.
Dalam perdagangan tersebut, frekuensi transaksi mencapai 28.192 kali dengan volume 1.150.877 saham dan nilai transaksi Rp 366,9 miliar.
Pergerakan saham Antam pada hari itu berlangsung di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang justru menguat 0,36 persen ke level 8.169,28. Indeks LQ45 pun turut terkerek 0,38 persen ke posisi 785,36, sejalan dengan penguatan mayoritas indeks acuan lainnya.
Dividen Jumbo Tahun Buku 2024
Langkah direktur Antam membeli saham ini muncul setelah perseroan sebelumnya mengumumkan pembagian dividen jumbo dari laba bersih tahun buku 2024. PT Aneka Tambang Tbk menyiapkan dividen tunai sebesar Rp 3,64 triliun atau Rp 151,77 per saham.
Rencana tersebut telah disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 12 Juni 2025. Mengutip keterbukaan informasi BEI, laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp 3,64 triliun.
Perseroan juga mencatat saldo laba ditahan tidak dibatasi penggunaannya sebesar Rp 14,50 triliun dengan total ekuitas mencapai Rp 32,19 triliun.
Adapun jadwal pembagian dividen dimulai dari tanggal efektif pada 12 Juni 2025, dengan cum dividen pasar reguler dan negosiasi pada 20 Juni 2025, disusul ex dividen pada 23 Juni 2025. Sementara itu, pembayaran dividen dilakukan pada 11 Juli 2025.
Menjelang pembagian dividen, harga saham ANTM pada 16 Juni 2025 sempat terkoreksi 0,61 persen ke Rp 3.280 per saham, dengan volume perdagangan 1,77 juta saham dan nilai transaksi Rp 582,2 miliar.
Rasio Pembagian Dividen 100 Persen
Menariknya, pembagian dividen tahun buku 2024 ini setara dengan 100 persen dari laba bersih yang dibukukan perseroan. Antam mengalokasikan seluruh laba senilai Rp 3,6 triliun untuk dibagikan kepada pemegang saham.
Hal tersebut juga konsisten dengan kebijakan tahun sebelumnya, ketika perusahaan menyalurkan dividen payout ratio serupa. Sepanjang 2024, Antam berhasil meraih laba tahun berjalan Rp 3,85 triliun, melonjak 25 persen dibandingkan Rp 3,08 triliun pada 2023.
Pertumbuhan laba ini ditopang oleh lonjakan penjualan hingga 68,56 persen secara tahunan, menembus Rp 69,19 triliun. Angka tersebut mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah Antam, naik signifikan dibanding Rp 41,04 triliun pada 2023.
Penopang Kinerja: Penjualan Emas
Dari sisi segmen usaha, penjualan emas menjadi penyumbang terbesar dalam kinerja Antam. Pada 2024, penjualan emas mencapai Rp 57,56 triliun, melonjak 120 persen dari tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, kontribusi penjualan domestik mendominasi dengan nilai Rp 63,96 triliun atau sekitar 92 persen dari total pendapatan perusahaan.
Capaian tersebut menunjukkan betapa besar peran segmen emas dalam menopang kinerja Antam di tengah dinamika harga komoditas global.
Sinyal dari Direksi
Meski jumlah saham yang dibeli oleh Direktur Handi Sutanto relatif kecil dibandingkan kapitalisasi pasar Antam, langkah tersebut tetap menjadi sorotan. Pasalnya, aksi beli manajemen biasanya dianggap sebagai salah satu bentuk keyakinan terhadap prospek perusahaan ke depan.
Aksi ini juga berlangsung di tengah tren pergerakan saham Antam yang fluktuatif, serta menjelang realisasi dividen besar kepada para pemegang saham. Investor publik menilai langkah direktur bisa menjadi sinyal tambahan bahwa fundamental perusahaan masih solid di tengah dinamika pasar.
Antara Fundamental dan Sentimen Pasar
Kondisi Antam saat ini memperlihatkan kontras antara fundamental perusahaan yang terbilang kuat dengan pergerakan saham yang masih dipengaruhi sentimen pasar.
Di satu sisi, kinerja keuangan mencatat rekor penjualan dan laba, serta pembagian dividen maksimal. Namun di sisi lain, harga saham masih bergerak naik-turun mengikuti dinamika IHSG dan perdagangan harian.
Bagi sebagian pelaku pasar, aksi beli saham dari jajaran direksi meskipun dalam jumlah terbatas tetap menjadi catatan penting. Investor ritel sering kali menjadikan langkah ini sebagai pertimbangan tambahan dalam mengambil keputusan investasi.
Kesimpulan
Pembelian 300 saham Antam oleh Direktur Handi Sutanto memang tidak besar secara nominal, namun membawa pesan simbolis di tengah performa keuangan perusahaan yang mencetak rekor.
Dengan dividen jumbo yang dibagikan, lonjakan penjualan emas, serta tren IHSG yang positif, langkah ini menambah optimisme bahwa Antam masih memiliki potensi cerah ke depan.
Meski harga saham jangka pendek bisa tertekan oleh sentimen pasar, fundamental kuat dan dukungan manajemen diharapkan menjadi faktor kunci yang menjaga daya tarik Antam di mata investor.