Minyak

Pasar Minyak Global Menguat, Investor Pantau Kesepakatan Kurdistan

Pasar Minyak Global Menguat, Investor Pantau Kesepakatan Kurdistan
Pasar Minyak Global Menguat, Investor Pantau Kesepakatan Kurdistan

JAKARTA - Harga minyak dunia menguat lebih dari USD 1 per barel pada perdagangan terbaru.

Sentimen positif muncul setelah kesepakatan melanjutkan ekspor dari Kurdistan Irak tertunda, sehingga kekhawatiran kelebihan pasokan global sedikit mereda. Harga minyak mentah Brent naik USD 1,06 atau 1,59% dan ditutup pada USD 67,63 per barel.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga menguat USD 1,13 atau 1,81% menjadi USD 63,41 per barel. Kedua harga acuan ini berhasil menghapus kerugian moderat dari sesi sebelumnya.

Kenaikan harga ini menjadi pembalikan tren setelah empat sesi penurunan berturut-turut yang sempat membuat harga turun sekitar 3%. Pelaku pasar menilai momentum penguatan ini bisa berlanjut jika ketidakpastian ekspor masih terjadi.

Penundaan Ekspor Kurdistan Jadi Faktor Utama

Ekspor minyak melalui pipa dari wilayah Kurdistan Irak menuju Turki belum dimulai kembali. Harapan untuk tercapainya kesepakatan sempat tinggi, namun tertunda karena dua produsen besar meminta jaminan pembayaran utang.

Kesepakatan antara pemerintah federal Irak, pemerintah daerah Kurdi, dan perusahaan minyak bertujuan memulihkan ekspor sekitar 230.000 barel per hari. Pasokan tersebut seharusnya mengalir ke pasar global melalui jalur pipa Turki, tetapi telah terhenti sejak Maret 2023.

Analis menilai ketiadaan kesepakatan telah membuat pasokan yang diantisipasi pasar tertahan. “Pasar mengalami aksi jual karena laporan kesepakatan Kurdistan, dan ketiadaan kesepakatan kini menarik barel minyak dari pasar,” ujar Phil Flynn, Analis Senior Price Futures Group.

Prospek Pasar Minyak Global

Secara keseluruhan, pasar minyak bersiap menghadapi dinamika pasokan yang meningkat dan potensi perlambatan permintaan. Perkembangan kendaraan listrik dan tekanan ekonomi akibat tarif AS ikut memengaruhi pergerakan harga.

Badan Energi Internasional dalam laporan bulanannya menyebut pasokan minyak dunia akan tumbuh lebih cepat tahun ini. Surplus diperkirakan semakin melebar pada 2026 seiring produksi OPEC+ naik dan suplai dari luar kelompok produsen bertambah.

Meski demikian, risiko geopolitik tetap menjadi perhatian utama pelaku pasar. Uni Eropa dikabarkan tengah mempertimbangkan sanksi tambahan terhadap ekspor minyak Rusia. Setiap ketegangan baru di Timur Tengah juga bisa memicu pergerakan harga signifikan.

Stok Minyak dan Faktor Pendukung Harga

Persediaan minyak mentah AS diperkirakan meningkat minggu lalu, sementara stok bensin dan sulingan kemungkinan menurun. Data ini menjadi perhatian karena persediaan sulingan disebut sebagai titik lemah pasar saat ini.

“Pasar akan terus memantau persediaan sulingan,” kata Flynn. Ia menambahkan peningkatan stok sulingan dapat membantu meredakan kekhawatiran seputar pasokan Rusia.

Di sisi lain, OECD masih mencatat persediaan minyak rendah yang menjadi faktor pendukung harga. Namun, peningkatan produksi OPEC+ dan minimnya sanksi baru terhadap Rusia berpotensi menahan kenaikan harga dalam jangka panjang.

Militer Ukraina dilaporkan menyerang dua fasilitas distribusi minyak Rusia di Bryansk dan Samara. Serangan ini dapat memengaruhi pasokan regional, meski dampak jangka panjangnya terhadap harga masih dipantau pasar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index