JAKARTA - PT Agrinas Palma Nusantara (Persero), perusahaan BUMN di bidang perkebunan, tengah menyiapkan strategi besar untuk memperluas lini bisnisnya. Tidak hanya berhenti pada produksi bahan baku kelapa sawit, perseroan kini bertekad masuk ke sektor hilir dengan menargetkan produksi minyak goreng rakyat atau Minyakita pada tahun 2026.
Direktur Utama Agrinas Palma Agus Sutomo menegaskan, selama 2025 perusahaan memang masih fokus menghasilkan crude palm oil (CPO) sebagai produk utama. Namun, peta jalan bisnis yang sedang dirancang membawa Agrinas lebih jauh.
“Untuk 2025 ini kami baru sampai produksi CPO saja, nanti konsep strategi kami ke depan tahun 2026 itu minyak goreng, Minyakita,” kata Agus dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa.
Arah Baru Agrinas Palma
Langkah ekspansi ini bukan tanpa dasar. Menurut Agus, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan agar Agrinas memperkuat perannya di industri minyak goreng nasional. Kolaborasi dengan PalmCo, subholding PT Perkebunan Nusantara III (Persero), menjadi salah satu strategi yang diprioritaskan.
Kerja sama tersebut diharapkan membuka peluang Agrinas untuk menguasai pangsa pasar signifikan. “Dari kerja sama ini, Agrinas diharapkan dapat mengambil porsi sebesar 30 persen dari industri minyak nasional,” ujar Agus.
Dengan target tersebut, Agrinas tidak hanya memperluas skala bisnisnya tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, khususnya dalam menjaga ketersediaan minyak goreng rakyat dengan harga terjangkau.
Prioritas Suplai dan Tata Kelola CPO
Meski memiliki rencana besar di sektor hilir, Agus menegaskan bahwa untuk jangka pendek, fokus utama tetap pada suplai CPO. Produksi yang dihasilkan perusahaan akan diprioritaskan bagi PTPN sebagai mitra utama.
Namun, jika terdapat kelebihan produksi, Agrinas akan membuka opsi penawaran kepada vendor lain yang berminat bekerja sama. Skema ini dinilai fleksibel dan mampu menjaga alur distribusi CPO tetap lancar, sekaligus memberi ruang bagi perusahaan memperkuat hubungan dengan lebih banyak pelaku industri.
Menuju Industri Hilir Minyak Goreng
Transformasi dari produsen bahan baku menuju industri hilir menjadi langkah strategis yang sarat tantangan. Produksi Minyakita menuntut kesiapan infrastruktur, manajemen distribusi, serta kepastian pasokan bahan baku yang berkesinambungan.
Agus optimistis, dengan dukungan pemerintah dan sinergi bersama PalmCo, arah ini bisa terwujud. Minyakita yang ditargetkan diproduksi pada 2026 diharapkan tidak hanya menjawab kebutuhan pasar, tetapi juga menjadi simbol komitmen BUMN dalam menghadirkan produk yang terjangkau untuk masyarakat luas.
Rencana Biodiesel 2029
Selain masuk ke bisnis minyak goreng, Agrinas Palma juga menyiapkan agenda jangka panjang untuk mendukung transisi energi nasional. Pada tahun 2029, perusahaan menargetkan produksi biodiesel berbahan baku 100 persen minyak sawit atau B100.
Agus menjelaskan, saat produksi biodiesel sudah dimulai, strategi bisnis akan bergeser. “Tetapi, pada saatnya nanti setelah kami masuk ke program biodiesel, maka tidak ada yang kami jual, nanti kami olah sendiri seluruhnya untuk Minyakita dan biodiesel,” imbuhnya.
Artinya, seluruh hasil produksi sawit perusahaan kelak akan diproses menjadi produk hilir, baik minyak goreng maupun biodiesel, tanpa lagi dijual mentah.
Sinergi dan Kontribusi BUMN
Rencana besar Agrinas Palma mencerminkan arah baru BUMN perkebunan dalam meningkatkan nilai tambah. Dengan bertransformasi dari sekadar produsen bahan baku menjadi pemain utama di sektor hilir, perusahaan tidak hanya memperkuat posisi bisnis tetapi juga memberi dampak positif pada stabilitas harga minyak goreng dalam negeri.
Selain itu, ekspansi ke biodiesel selaras dengan program energi terbarukan pemerintah. Kehadiran B100 berbasis sawit diharapkan mengurangi ketergantungan pada energi fosil sekaligus memperluas pasar domestik untuk produk perkebunan nasional.
Perjalanan Agrinas Palma Nusantara memasuki bisnis Minyakita pada 2026 dan merencanakan biodiesel B100 pada 2029 adalah gambaran nyata transformasi BUMN menuju perusahaan perkebunan terpadu. Didukung arahan Presiden, sinergi dengan PalmCo, dan prioritas suplai CPO yang terkelola baik, langkah ini diharapkan mampu membawa perusahaan menjadi bagian penting dalam industri pangan dan energi nasional.
Lebih jauh, strategi ini juga menegaskan peran BUMN sebagai garda depan dalam mendukung ketahanan pangan, menjaga stabilitas harga minyak goreng, serta mendorong transisi energi berkelanjutan di Indonesia.