Jakarta - Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno mengajak pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di China untuk belajar langsung mengenai transisi energi dan implementasi energi terbarukan di negeri Tirai Bambu tersebut. Hal ini disampaikan Eddy saat berdialog bersama sekitar 50 pelajar dan Warga Negara Indonesia (WNI) di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, Rabu, 16 April 2025.
Dalam kunjungannya ke Beijing dan Shenzen pada 13–17 April 2025, Eddy menyoroti keberhasilan China dalam mengubah sumber energi nasionalnya dari ketergantungan pada bahan bakar fosil menjadi energi terbarukan yang kini mencakup lebih dari 50 persen dari total konsumsi energi mereka.
Kunjungan ini merupakan bagian dari agenda kerja sama Indonesia–China dalam bidang energi, terutama terkait pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan strategi transisi menuju energi hijau. Eddy juga menyampaikan kekagumannya atas semangat kerja dan etos masyarakat China yang dinilai mampu mendorong kemajuan pesat dalam berbagai sektor, termasuk energi, Rabu, 16 April 2025.
Indonesia Masih Bergantung pada Energi Fosil
Eddy mengungkapkan bahwa meski Indonesia memiliki potensi EBT terbesar di Asia, implementasinya masih jauh dari maksimal. Ia menyinggung pengalaman pribadinya dalam mengikuti konferensi transisi energi selama dua dekade terakhir.
Saat ini, sebagian besar energi Indonesia masih bersumber dari bahan bakar fosil, baik untuk pembangkit listrik, transportasi, hingga keperluan rumah tangga di daerah terpencil. Hal ini berkontribusi terhadap buruknya kualitas udara di kota-kota besar.
Kendala Pendanaan Hambat Penutupan PLTU
Salah satu tantangan utama dalam proses transisi energi di Indonesia adalah kendala pendanaan untuk menghentikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara. Eddy menyebut bahwa pemerintah berencana memensiunkan dua PLTU, yakni PLTU Ratu dan PLTU Cirebon. Namun, proses tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar.
Dalam Konferensi Perubahan Iklim COP-29 yang digelar di Azerbaijan, Eddy mengaku sempat ditawari bantuan dari sejumlah filantropi internasional yang tertarik mendukung transisi energi di Indonesia. Namun, belum adanya payung hukum menjadi penghalang realisasi dukungan tersebut.
Target EBT Indonesia Masih Jauh dari Harapan
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga akhir 2024 bauran energi baru terbarukan di Indonesia baru mencapai 14 persen. Angka ini masih jauh dari target pemerintah sebesar 23 persen pada 2025.
Total potensi EBT di Indonesia diperkirakan mencapai 3,6 terawatt (TW), namun pemanfaatannya baru sekitar 14,11 gigawatt (GW) atau 0,38 persen. Untuk mencapai target bauran EBT sebesar 8,2 GW pada 2025, dibutuhkan investasi hingga 14,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp219,9 triliun.
Potensi energi yang telah terdeteksi meliputi energi surya sebesar 3.294 GW, angin 155 GW, air 95 GW, arus laut 63 GW, bahan bakar nabati (BBN) 57 GW, dan panas bumi sebesar 23 GW.