Panas Bumi

PGE Dorong Transisi Energi Nasional Lewat Pengembangan Proyek Panas Bumi

PGE Dorong Transisi Energi Nasional Lewat Pengembangan Proyek Panas Bumi
PGE Dorong Transisi Energi Nasional Lewat Pengembangan Proyek Panas Bumi

JAKARTA - Pemerintah menetapkan sejumlah proyek panas bumi sebagai bagian dari agenda strategis nasional lima tahun ke depan. 

Penetapan ini memperkuat arah kebijakan transisi energi yang menempatkan panas bumi sebagai sumber utama listrik rendah emisi.

Empat proyek milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk ditetapkan masuk dalam Blue Book 2025–2029. Penetapan tersebut dilakukan melalui pengajuan resmi yang menegaskan peran perusahaan dalam pengembangan energi bersih nasional.

Empat Proyek Strategis Masuk Perencanaan Nasional

Empat proyek panas bumi yang ditetapkan meliputi Lumut Balai Unit 3 dan Lumut Balai Unit 4. Selain itu, proyek Gunung Tiga atau Ulubelu Extension I serta Lahendong Unit 7–8 dan Binary juga tercantum.

Keempat proyek tersebut memiliki total nilai investasi lebih dari US$ 1,09 miliar. Nilai tersebut mencerminkan besarnya komitmen pengembangan energi panas bumi dalam perencanaan jangka menengah nasional.

Realisasi proyek diproyeksikan menambah kapasitas listrik rendah emisi sebesar 215 MW. Operasional direncanakan berlangsung bertahap mulai 2029 hingga 2032.

Tambahan kapasitas ini mempertegas target pengembangan potensi panas bumi sebesar 3 GW. Langkah tersebut menjadi bagian penting dalam memperkuat bauran energi terbarukan nasional.

Dukungan Pendanaan dan Skema Pembiayaan

Keempat proyek berpotensi memperoleh pendanaan luar negeri melalui skema indicative concessional loan. Nilai pendanaan yang berpotensi diraih mencapai sekitar US$ 613 juta.

Pendanaan tersebut diperkirakan bersumber dari lembaga multilateral internasional. Beberapa di antaranya mencakup World Bank, ADB, JBIC, dan JICA.

Pendanaan ini dipandang sebagai langkah strategis untuk mempercepat transisi energi. Selain itu, skema pembiayaan diharapkan mampu memperkuat struktur pendanaan proyek.

Pendekatan pembiayaan jangka panjang dengan biaya rendah dinilai mendukung keberlanjutan investasi. Hal ini juga meningkatkan daya tarik proyek di tengah tantangan transisi energi global.

Kontribusi terhadap Energi dan Ekonomi

Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE, Edwil Suzandi, menyampaikan bahwa pendanaan mendukung percepatan transisi energi. Langkah tersebut juga memperkuat kontribusi perusahaan terhadap swasembada energi nasional.

“Pengembangan proyek-proyek ini tidak hanya meningkatkan bauran energi terbarukan nasional, tetapi juga menghadirkan multiplier effects bagi masyarakat di sekitar wilayah operasi, mulai dari penciptaan lapangan kerja baru hingga bertumbuhnya aktivitas ekonomi lokal,” ujarnya. Pernyataan tersebut menegaskan dampak sosial ekonomi yang diharapkan.

Pengembangan panas bumi dinilai mampu menciptakan lapangan kerja baru. Aktivitas ekonomi lokal di sekitar wilayah operasi juga diproyeksikan mengalami peningkatan.

PGE berkomitmen menyediakan listrik bersih yang stabil dan andal. Upaya ini diarahkan untuk mendukung target Net Zero Emission 2060.

Karakteristik dan Peran Masing-Masing Proyek

Setiap proyek memiliki karakteristik dan peran strategis yang berbeda. Lumut Balai Unit 3 dan Unit 4 memperkuat klaster panas bumi di Sumatra Selatan.

Lumut Balai Unit 3 memiliki nilai belanja modal sekitar US$ 305 juta. Sementara Lumut Balai Unit 4 memiliki nilai investasi sekitar US$ 290 juta. Proyek Gunung Tiga atau Ulubelu Extension I bernilai sekitar US$ 227 juta. Proyek ini menambah pasokan energi bersih di Provinsi Lampung.

Teknologi two-phase binary diterapkan untuk meningkatkan efisiensi. Pendekatan ini mendukung optimalisasi pemanfaatan sumber daya panas bumi. Di Sulawesi Utara, proyek Lahendong Unit 7–8 dan Binary bernilai sekitar US$ 274 juta. Proyek tersebut memperluas pengembangan panas bumi di wilayah berpotensi besar.

Langkah Lanjutan Menuju Green Book

Selain dampak energi, proyek-proyek ini juga memberikan manfaat ekonomi signifikan. Skema Subsidiary Loan Agreement memperkuat kelayakan finansial proyek.

Melalui skema tersebut, proyek memperoleh pembiayaan berbiaya rendah dan berjangka panjang. Pendekatan ini meningkatkan daya saing investasi jangka panjang. Skema pembiayaan berpotensi meningkatkan Internal Rate of Return proyek sebesar 1 hingga 3 persen. Nilai tambah ini memperkuat keberlanjutan investasi perusahaan.

Pada tahap berikutnya, PGE akan memasuki proses negosiasi pendanaan. Negosiasi mencakup struktur pembiayaan, suku bunga, tenor, serta persyaratan teknis. Upaya ini ditujukan untuk memperoleh skema pendanaan paling optimal. Proses tersebut diharapkan mempercepat pembangunan proyek secara berkelanjutan.

PGE juga menyusun readiness criteria sebagai prasyarat masuk ke Green Book. Tahapan ini membuka akses penuh terhadap pendanaan luar negeri. Proses dilakukan bersama Pertamina, Bappenas, dan Kementerian Keuangan. Seluruh aspek teknis, sosial, lingkungan, dan finansial disiapkan secara menyeluruh.

“Melalui penetapan empat proyek dalam Blue Book dan langkah lanjutan menuju Green Book, PGE menegaskan komitmen untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat kekuatan energi hijau dunia,” pungkasnya. Pernyataan ini menutup komitmen perusahaan dalam mendorong energi bersih berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index