TUGU

Alasan Tugu Insurance Gagal Akuisisi PertaLife dan Imbasnya

Alasan Tugu Insurance Gagal Akuisisi PertaLife dan Imbasnya
Alasan Tugu Insurance Gagal Akuisisi PertaLife dan Imbasnya

JAKARTA - Wacana akuisisi PT Perta Life Insurance (PertaLife) oleh PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU) akhirnya kandas. Kabar ini memunculkan pertanyaan besar: apa yang sebenarnya terjadi di balik strategi akuisisi yang sempat ramai dibicarakan, dan bagaimana langkah Tugu Insurance di tengah agenda konsolidasi perusahaan asuransi milik negara?

Presiden Direktur Tugu Insurance Adi Pramana menegaskan bahwa pembatalan akuisisi PertaLife bukan karena persoalan fundamental perusahaan, melainkan karena ketidaksesuaian harga.

“Kami pernah mengkaji untuk mengakuisisi PertaLife, kemarin itu akhirnya ketidaksesuaian harga sehingga hal tersebut batal dilakukan,” ungkap Adi dalam media gathering di Kepulauan Seribu, Jakarta.

Proses Kajian yang Tak Berbuah Kesepakatan

Menurut Adi, kajian terhadap kemungkinan akuisisi sebenarnya sudah dilakukan cukup matang. Namun, ketika harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan valuasi internal Tugu Insurance, manajemen memutuskan mundur.

Meski langkah akuisisi PertaLife urung terjadi, Adi menegaskan kajian strategis lain tetap berjalan. Tugu Insurance masih membuka peluang untuk mengakuisisi perusahaan lain jika memang sesuai dengan kebutuhan bisnis serta sejalan dengan persetujuan pemegang saham.

“Setiap aksi korporasi strategis pastinya selalu diusulkan dan harus mendapatkan restu pemegang saham, baik mayoritas maupun minoritas. Jadi sifatnya sama seperti tadi, kita juga masih lakukan beberapa kajian dan dari kajian ini seandainya ada [rencana akuisisi], pasti kita minta persetujuan RUPS,” jelas Adi.

Konsolidasi Industri Asuransi BUMN

Selain membahas akuisisi, Adi juga menyinggung agenda besar pemerintah melalui Danantara, perusahaan holding asuransi dan penjaminan BUMN. Ada rencana untuk mengonsolidasikan 15 perusahaan asuransi BUMN menjadi hanya tiga entitas besar.

Dalam konteks itu, posisi Tugu Insurance menjadi penting. Sebagai bagian dari ekosistem BUMN, arah kebijakan konsolidasi tentu akan berdampak pada strategi bisnisnya.

“Danantara, kami tetap koordinasi dengan pemegang saham ultimate kami. Karena buat kami manajemen, tugas kami membuat perusahaan lebih bagus,” tegas Adi.

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa meskipun akuisisi PertaLife batal, Tugu Insurance masih harus bersiap menghadapi perubahan struktur industri asuransi nasional.

Pandangan OJK

Kabar mengenai rencana akuisisi Tugu terhadap PertaLife sebenarnya sudah beredar sejak awal 2025. Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan hingga Mei 2025 belum menerima permohonan resmi terkait perubahan kepemilikan PertaLife.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono kala itu menegaskan bahwa regulator pada prinsipnya mendukung aksi strategis yang mampu memperkuat industri asuransi.

“Hingga saat ini belum terdapat permohonan perubahan kepemilikan yang disampaikan oleh PertaLife Insurance. OJK akan menyambut baik rencana strategis yang akan memperkuat permodalan perusahaan dan mendorong perusahaan untuk semakin mengembangkan skala bisnisnya,” kata Ogi dalam keterangan tertulis.

Pernyataan ini mempertegas bahwa regulator terbuka terhadap konsolidasi sepanjang membawa manfaat pada struktur permodalan dan daya saing perusahaan asuransi.

Kenapa Harga Jadi Faktor Penentu?

Dalam industri keuangan, valuasi perusahaan asuransi sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti rasio kecukupan modal (RBC), portofolio investasi, jumlah premi yang berhasil dihimpun, serta profil risiko klaim.

Apabila valuasi yang diajukan penjual jauh di atas hitungan pembeli, maka akuisisi bisa berisiko. Hal ini kemungkinan menjadi alasan utama Tugu Insurance menarik diri dari pembelian PertaLife, meskipun secara strategis keduanya sama-sama berada dalam lingkup bisnis BUMN.

Dengan mempertahankan prinsip kehati-hatian, Tugu Insurance memastikan setiap aksi korporasi yang dijalankan harus sesuai dengan kepentingan jangka panjang pemegang saham.

Strategi Lanjutan Tugu Insurance

Meski gagal mengakuisisi PertaLife, Tugu Insurance menegaskan tidak menutup pintu terhadap peluang akuisisi lainnya. Kajian terhadap calon target lain masih dilakukan, dan keputusan final tetap akan dibawa ke Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Langkah ini menunjukkan bahwa Tugu tetap fokus pada strategi ekspansi selektif. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan memang gencar melakukan inovasi produk, digitalisasi layanan, hingga memperluas portofolio bisnis untuk meningkatkan daya saing.

Dengan reputasi sebagai perusahaan asuransi umum yang berafiliasi dengan PT Pertamina (Persero), Tugu Insurance juga memiliki keunggulan jaringan pelanggan korporasi, terutama di sektor energi. Hal ini menjadi modal besar untuk memperkuat posisi di tengah ketatnya persaingan industri asuransi nasional.

Implikasi bagi Industri Asuransi

Kegagalan akuisisi PertaLife oleh Tugu Insurance bisa dibaca sebagai tanda bahwa konsolidasi industri asuransi BUMN tidak berjalan mulus. Selain faktor harga, dinamika kepentingan antarperusahaan BUMN bisa memperlambat proses.

Namun, jika rencana konsolidasi oleh Danantara terealisasi, industri asuransi nasional akan memiliki tiga entitas besar yang lebih efisien, sehat, dan mampu bersaing di tingkat regional. Dalam konteks itu, posisi Tugu Insurance akan tetap krusial.

Penutup

Kasus batalnya akuisisi PertaLife oleh Tugu Insurance mengingatkan bahwa setiap aksi korporasi strategis tak lepas dari pertimbangan rasionalitas bisnis, terutama soal valuasi. Bagi Tugu, menjaga keseimbangan antara peluang ekspansi dan kepentingan pemegang saham adalah prioritas utama.

Meski langkah akuisisi ini gagal, Tugu Insurance masih memiliki banyak opsi untuk memperkuat bisnisnya, baik melalui akuisisi perusahaan lain, digitalisasi layanan, maupun lewat konsolidasi BUMN yang tengah digagas pemerintah.

Bagi industri asuransi, cerita ini sekaligus menjadi cermin bahwa konsolidasi bukan sekadar agenda kebijakan, melainkan juga membutuhkan kesesuaian kepentingan bisnis agar benar-benar memberi manfaat bagi perusahaan, pemegang saham, dan nasabah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index