Alasan Patung Jenderal Sudirman Jakarta Dipindahkan ke Thamrin

Alasan Patung Jenderal Sudirman Jakarta Dipindahkan ke Thamrin
Alasan Patung Jenderal Sudirman Jakarta Dipindahkan ke Thamrin

JAKARTA - Rencana relokasi Patung Jenderal Besar Sudirman di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, kini menjadi perhatian publik.

Pemindahan monumen yang selama ini menjadi ikon di ibu kota tersebut bukan semata karena alasan estetika, melainkan juga berkaitan langsung dengan pembangunan Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas. 

Proyek integrasi transportasi yang digarap pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta ini menuntut penataan ulang tata ruang kawasan strategis tersebut.

Menurut Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, penempatan baru patung pahlawan nasional itu justru bertujuan memberikan penghormatan lebih besar. “Patung Sudirman tentunya kita harus memberikan apresiasi karena bagaimanapun ini adalah jenderal besar, sehingga nanti kalau di Dukuh Atas akan dibangun, dikoneksikan, Patung Sudirman harus ditempatkan yang betul-betul di depan,” ujar Pramono.

Relokasi Demi Posisi Lebih Strategis

Pramono menegaskan bahwa pemindahan patung bukanlah bentuk penghilangan simbol sejarah. Sebaliknya, hal ini dimaksudkan agar monumen tersebut terlihat lebih menonjol. Lokasi baru akan dipilih sedemikian rupa sehingga publik dapat lebih mudah melihatnya, terutama dari arah Jalan MH Thamrin.

“Malah ketika kita belum naik ke Dukuh Atas, kalau kita dari Thamrin, Patung Sudirman akan kelihatan dengan lebih jelas dan lebih enak untuk dilihat. Nanti akan kami atur untuk itu,” jelasnya.

Dengan demikian, kehadiran patung tidak lagi terkesan tersembunyi di tengah kawasan padat, melainkan menjadi bagian penting dari wajah baru Jakarta sebagai kota modern dengan sistem transportasi terintegrasi.

Keterkaitan dengan Integrasi Transportasi

Rencana pemindahan patung Sudirman memang tidak bisa dilepaskan dari pembangunan TOD Dukuh Atas. Kawasan ini dirancang sebagai simpul transportasi terbesar di Jakarta yang akan menghubungkan MRT, LRT, KRL, hingga kereta bandara.

Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menjelaskan, pembangunan kawasan integrasi ini juga melibatkan penggabungan dua stasiun besar, yakni Stasiun Karet dan Stasiun Sudirman Baru. “Kemarin Pak Gubernur menyampaikan bahwa ada kemungkinan memindahkan Patung Jenderal Besar Sudirman. Itu yang semula ada di sisi selatan, akan dipindahkan lebih mendekati ke arah Jalan MH Thamrin,” kata Dudy.

Menurutnya, desain TOD Dukuh Atas sudah dipersiapkan sedemikian rupa agar masyarakat bisa dengan mudah berpindah dari satu moda ke moda lainnya. “Jadi sudah didesain sedemikian rupa sehingga masyarakat dalam melakukan mobilitasnya bisa dengan mudah berpindah dari satu moda ke moda lain di Stasiun Dukuh Atas, Sudirman, maupun BNI City,” jelas Dudy.

Menjaga Warisan Sejarah

Meski proyek TOD menjadi prioritas, pemerintah menekankan bahwa nilai historis dari Patung Jenderal Sudirman tetap dihormati. Sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, Sudirman memiliki tempat khusus di hati masyarakat Indonesia.

Penempatan patung di lokasi yang lebih strategis dinilai bisa mempertegas simbol perlawanan, kepemimpinan, dan semangat juang yang diwariskan sang jenderal besar. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menikmati kemudahan transportasi, tetapi juga tetap terhubung dengan warisan sejarah di ruang publik.

Dukungan dan Harapan Publik

Rencana relokasi ini disambut beragam tanggapan dari masyarakat. Sebagian menilai langkah tersebut positif karena akan membuat patung lebih terlihat dan tidak terhimpit bangunan modern. Namun, ada pula yang berharap agar proses pemindahan dilakukan dengan penuh kehati-hatian, baik dari sisi teknis maupun simbolis.

Pemprov Jakarta sendiri berjanji akan memastikan pemindahan dilakukan secara aman dan tetap mengedepankan penghormatan terhadap nilai sejarah. Posisi baru diharapkan menjadi ikon yang merepresentasikan harmoni antara pembangunan modern dan penghargaan pada pahlawan bangsa.

TOD Dukuh Atas sebagai Wajah Baru Jakarta

Pengembangan kawasan TOD Dukuh Atas sejatinya bukan hanya soal transportasi. Konsep ini juga diharapkan mampu menghidupkan kembali kawasan perkotaan dengan menghadirkan ruang publik yang ramah masyarakat. Kehadiran monumen Sudirman yang lebih menonjol akan menjadi pelengkap sekaligus pengingat bahwa kemajuan Jakarta tidak lepas dari jasa para pejuang bangsa.

Dengan terintegrasinya empat moda transportasi, masyarakat dapat merasakan kemudahan mobilitas yang lebih cepat, efisien, dan ramah lingkungan. TOD ini juga diproyeksikan mengurangi kemacetan serta mendorong pergeseran penggunaan kendaraan pribadi menuju transportasi massal.

Simbol Sejarah di Tengah Modernisasi

Jakarta memang terus bertransformasi menjadi kota global. Namun, di tengah derasnya modernisasi, simbol-simbol sejarah tetap harus dijaga. Relokasi Patung Jenderal Sudirman menjadi bukti bahwa pembangunan tidak selalu identik dengan mengabaikan nilai budaya. Sebaliknya, penataan ulang ruang kota bisa menjadi kesempatan memperkuat identitas dan memadukan sejarah dengan masa depan.

Seiring rampungnya pembangunan TOD Dukuh Atas, publik akan menyaksikan wajah baru kawasan strategis ibu kota. Patung Sudirman yang berdiri gagah akan tetap menjadi saksi bisu perjuangan, sekaligus hadir dalam lanskap kota modern yang terus berkembang.

Dengan relokasi ini, Jakarta tidak hanya menghadirkan infrastruktur transportasi berkelas dunia, tetapi juga menegaskan penghormatan kepada pahlawan nasional. Patung Jenderal Sudirman akan tetap kokoh berdiri, namun di tempat yang lebih layak, strategis, dan mudah dijangkau pandangan masyarakat.

Perubahan ini menunjukkan bahwa pembangunan kota bisa berjalan beriringan dengan pelestarian nilai-nilai sejarah, menjadikan Jakarta sebagai kota yang tidak melupakan akar perjuangannya meski terus berlari menuju masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index