Kontras Aksi Asing dan Domestik, IHSG Tetap Perkasa Empat Hari Beruntun

Rabu, 08 Oktober 2025 | 12:03:45 WIB
Kontras Aksi Asing dan Domestik, IHSG Tetap Perkasa Empat Hari Beruntun

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan ketangguhan dengan melanjutkan reli penguatan selama empat hari berturut-turut hingga Selasa 7 Oktober 2025. 

Namun, menariknya, tren positif indeks tersebut justru dibarengi dengan aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing. Fenomena ini menegaskan adanya perbedaan strategi antara pelaku pasar domestik yang optimistis dengan investor global yang masih berhati-hati.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip dari RTI, IHSG ditutup naik 0,36% ke level 8.169,28 pada perdagangan Selasa. Sejak awal sesi, pergerakan indeks konsisten di zona hijau. 

Bahkan, IHSG sempat menyentuh level tertinggi 8.217, yang menjadi titik intraday high, sebelum akhirnya sedikit terkoreksi. Level terendah pada hari itu tercatat di 8.153.

Aktivitas Pasar Tetap Ramai

Euforia di lantai bursa juga tercermin dari tingginya aktivitas perdagangan. Total volume transaksi tercatat mencapai 44,69 miliar saham, dengan nilai mencapai Rp 28,77 triliun. Dari seluruh saham yang diperdagangkan, ada 280 saham yang menguat, 401 saham melemah, dan 119 saham lainnya stagnan.

Adapun kapitalisasi pasar BEI pada hari tersebut menembus angka Rp 15.350 triliun, menandai pencapaian baru dalam reli empat hari ini. Angka tersebut memperlihatkan betapa investor domestik masih percaya diri menghadapi gejolak eksternal.

Aksi Asing Justru Melepas Saham

Di tengah optimisme pasar lokal, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 89,45 miliar. Jumlah ini memang tidak terlalu besar dibandingkan dengan total nilai transaksi harian, tetapi cukup menjadi sinyal bahwa pelaku pasar global masih memilih sikap hati-hati.

Berikut daftar 10 saham dengan nilai net sell terbesar asing pada Selasa 7 Oktober:

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 167,29 miliar

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) Rp 114,1 miliar

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 99,66 miliar

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Rp 89,38 miliar

PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) Rp 82,38 miliar

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) Rp 78,48 miliar

PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Rp 66,57 miliar

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) Rp 64,71 miliar

PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) Rp 63,68 miliar

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Rp 36,02 miliar

Daftar tersebut memperlihatkan bahwa saham-saham dengan kapitalisasi besar hingga sektor energi dan sumber daya menjadi sasaran lepas asing, termasuk bank pelat merah seperti BBRI dan BMRI.

Investor Lokal Jadi Penopang IHSG

Fenomena net sell asing saat IHSG tetap reli menunjukkan bahwa peran investor domestik semakin kuat dalam menopang pergerakan indeks. Arus modal dari investor lokal, baik ritel maupun institusi, tampaknya mampu mengimbangi tekanan jual asing.

Hal ini menegaskan tren beberapa tahun terakhir, di mana partisipasi investor domestik meningkat pesat. Bahkan, di tengah ketidakpastian global, pasar modal Indonesia tetap mampu bertahan karena sokongan kuat dari dalam negeri.

Kontras Sentimen Domestik dan Global

Optimisme pelaku pasar dalam negeri didorong oleh sejumlah faktor fundamental. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap stabil, keputusan pemerintah menahan tarif listrik hingga akhir tahun, serta cadangan devisa yang masih memadai menjadi katalis positif.

Sementara itu, investor asing tampaknya lebih sensitif terhadap risiko global. Faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed, fluktuasi nilai tukar rupiah, hingga tensi geopolitik internasional kemungkinan menjadi alasan aksi jual bersih mereka.

Kontras inilah yang menciptakan dinamika unik: IHSG mampu terus naik, meski aliran dana asing cenderung keluar.

Saham Perbankan Jadi Fokus

Aksi jual asing paling besar menyasar saham perbankan, khususnya BBRI dan BMRI. Hal ini menarik, karena sektor perbankan selama ini menjadi tulang punggung IHSG. 

Tekanan jual dari asing bisa menandakan adanya kekhawatiran terkait kualitas kredit (NPL) maupun pertumbuhan ekonomi yang dianggap masih belum terlalu agresif.

Namun, dari sisi domestik, saham-saham bank besar masih dipandang menarik untuk jangka panjang. Valuasi yang relatif stabil dan fundamental kuat diyakini dapat menjaga prospek sektor ini, sehingga aksi jual asing tidak serta-merta menggerus minat investor lokal.

Energi dan Sumber Daya Ikut Tertekan

Selain perbankan, sektor energi dan sumber daya juga masuk radar pelepasan asing. Saham BREN, ADRO, MBMA, dan BRMS tercatat dilepas dengan nilai cukup besar. Padahal, sektor ini sebelumnya banyak diburu karena ekspektasi transisi energi dan kenaikan harga komoditas global.

Hal ini menunjukkan bahwa asing mungkin mengambil posisi ambil untung (profit taking) setelah reli sebelumnya, sementara investor domestik masih melihat sektor energi memiliki prospek jangka panjang.

Outlook ke Depan

Meski terdapat aksi net sell asing, para analis menilai kondisi IHSG tetap konstruktif. Reli empat hari berturut-turut menjadi sinyal kuat bahwa pasar masih memiliki momentum positif. 

Dengan catatan, investor perlu tetap mewaspadai risiko volatilitas yang bisa muncul jika tekanan jual asing berlanjut lebih besar.

Kunci keberlanjutan reli IHSG ke depan akan bergantung pada sentimen global, kebijakan moneter Bank Indonesia, dan laporan kinerja emiten kuartal ketiga. Jika kombinasi faktor domestik tetap mendukung, IHSG diperkirakan mampu mempertahankan tren positif meski ada tekanan dari arus dana asing.

Kesimpulan

Aksi jual bersih asing saat IHSG reli memperlihatkan kontras strategi antara pelaku global dan domestik. Investor lokal terbukti menjadi penopang utama pergerakan indeks, sementara asing masih memilih berhati-hati di tengah ketidakpastian global.

Meski begitu, fenomena ini justru menegaskan ketahanan pasar modal Indonesia. Selama fundamental domestik tetap solid, IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatannya, meski dengan risiko volatilitas yang harus dicermati investor.

Terkini