JAKARTA - Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai menyerukan agar masyarakat tidak takut memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan, khususnya bagi kelompok yang membutuhkan perlindungan.
Ia menekankan bahwa setiap warga negara berhak hidup tanpa mengalami ketidakadilan dan penderitaan.
“Jangan takut, jangan mundur satu langkah pun untuk memperjuangkan keadilan. Jangan pernah mundur untuk memperjuangkan kemanusiaan,” ujarnya dalam pidato peringatan Hari HAM Sedunia ke-77. Pernyataan ini menjadi pesan kuat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk tetap konsisten menegakkan hak asasi manusia.
Pigai menambahkan bahwa perjuangan tersebut harus selalu berada dalam koridor penghormatan HAM dan demokrasi. Hal ini berarti menjaga sikap yang menghormati martabat individu, menghindari ujaran kebencian, serta menahan diri dari pernyataan yang dapat menyerang kehormatan pribadi.
Membangun Karakter Ramah HAM Sejak Dini
Menurut Pigai, kesadaran akan hak asasi manusia harus tertanam sejak usia dini. Pola pikir dan karakter yang ramah HAM dapat dibentuk melalui kebiasaan berdialog, memahami isu hak asasi, dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.
“Ini tugas saya untuk membangkitkan supaya putra-putri bangsa tidak boleh mendapatkan ketidakadilan, tidak boleh menderita. Yang berat kita pikul bersama, yang ringan kita jinjing bersama,” jelasnya.
Pernyataan ini menekankan pentingnya pendidikan HAM sebagai fondasi untuk membentuk masyarakat yang peduli, inklusif, dan bertanggung jawab.
Pendidikan dan kesadaran HAM tidak hanya berlaku di sekolah atau institusi formal, tetapi juga dalam interaksi sosial sehari-hari. Pigai menekankan bahwa dialog yang menghormati hak individu akan menumbuhkan toleransi dan solidaritas di tengah keberagaman masyarakat.
Momentum Peringatan di Tengah Kemanusiaan
Meski Indonesia tengah berduka akibat bencana banjir yang menimpa wilayah Sumatera, Pigai menegaskan bahwa peringatan Hari HAM tetap relevan untuk membangkitkan kesadaran kolektif.
Peristiwa kemanusiaan ini menjadi pengingat bahwa hak dasar warga negara harus selalu dijaga, terutama bagi mereka yang terdampak bencana.
“Kami berempati kepada saudara-saudara di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh yang menderita. Kami telah melakukan sesuatu, tetapi kita harus membangkitkan bahwa penderitaan kemanusiaan seharusnya menyentuh relung hati kita untuk bersimpati,” ujarnya.
Solidaritas nasional menjadi kunci agar bantuan dan perhatian pemerintah dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan.
Selain itu, momentum peringatan ini menjadi ajang refleksi tentang peran negara dalam melindungi hak asasi. Negara diharapkan hadir untuk memberikan perlindungan, keadilan, dan layanan bagi semua warga tanpa terkecuali, sehingga prinsip HAM bukan hanya retorika, tetapi tercermin dalam tindakan nyata.
Memperkuat Solidaritas dan Martabat Manusia
Pigai menekankan bahwa Hari HAM Sedunia merupakan panggilan untuk memperkuat solidaritas dan menjaga martabat manusia. Peringatan ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi menjadi sarana edukasi dan motivasi bagi seluruh masyarakat untuk bertindak sesuai nilai-nilai kemanusiaan.
Perjuangan menegakkan hak asasi harus dilaksanakan dengan konsisten dan bertanggung jawab, termasuk menghadapi tantangan sosial, politik, maupun bencana alam. Pigai menyebut bahwa kesadaran kolektif akan HAM akan memperkuat bangsa, membangun budaya penghormatan, dan menumbuhkan masyarakat yang adil dan harmonis.
Dengan seruan ini, Pigai mengajak seluruh elemen masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan untuk bersatu menjaga prinsip keadilan, memastikan perlindungan bagi yang rentan, dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap aspek kehidupan.
Peringatan Hari HAM Sedunia menjadi momentum strategis bagi Indonesia untuk menegakkan hak asasi secara nyata dan berkelanjutan.