Truk Listrik

Produsen Truk Listrik Nikola Ajukan Kebangkrutan, Siap Jual Aset

Produsen Truk Listrik Nikola Ajukan Kebangkrutan, Siap Jual Aset
Produsen Truk Listrik Nikola Ajukan Kebangkrutan, Siap Jual Aset

Jakarta - Industri kendaraan listrik kembali diguncang kabar mengagetkan dari produsen truk listrik, Nikola Corporation. Dilansir dari Reuters, Nikola, yang beroperasi dari Phoenix, Arizona, dikabarkan telah mengajukan perlindungan kebangkrutan dan merencanakan penjualan aset-asetnya. Langkah ini menyusul serangkaian tantangan yang dihadapi perusahaan, terutama karena menurunnya permintaan pasar dan kesulitan pendanaan, Jumat, 21 Februari 2025.

Nikola, yang telah beberapa kali mengalami perubahan dalam struktur kepemimpinan, menyaksikan penurunan signifikan dalam nilai sahamnya. Kondisi ini mencerminkan tren umum yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan startup di bidang kendaraan listrik yang muncul selama pandemi. Beberapa startup lainnya, seperti Fisker, Proterra, dan Lordstown Motors, juga mengalami nasib serupa dengan mengajukan kebangkrutan akibat penurunan dukungan pendanaan untuk operasional mereka yang padat modal. Hal ini diperparah dengan tingginya suku bunga dan lemahnya permintaan pasar.

"Seperti perusahaan lain di industri kendaraan listrik, kami menghadapi banyak pasar dan faktor makroekonomi yang berdampak pada kemampuan kami untuk beroperasi," ujar CEO Nikola, Steve Girsky, dalam pernyataan resminya. Ia menambahkan, "Sayangnya, upaya terbaik kami belum cukup untuk mengatasi tantangan-tantangan yang signifikan ini."

Kendati tengah dilanda badai kebangkrutan, Nikola berencana untuk tetap menjalankan beberapa operasional kritisnya. Ini termasuk dukungan untuk truk yang sudah terjual serta operasional pengisian bahan bakar hidrogen hingga setidaknya akhir Maret mendatang. Langkah ini diharapkan dapat menjaga kepercayaan konsumen dan mitra bisnisnya di tengah situasi sulit yang dihadapi perusahaan.

Sebagai informasi, Nikola pertama kali mengirimkan truknya pada Desember 2021. Namun, perjalanan perusahaan tidak selalu mulus. Pada tahun 2023, misalnya, truk listrik Nikola terlibat dalam insiden kebakaran yang memaksa perusahaan untuk melakukan penarikan produk (recall) terkait masalah keamanan. Tantangan berlanjut di tahun 2024 ketika Nikola meningkatkan produksi truk hidrogen tetapi malah merugi hingga ratusan ribu dolar per unit. Kerugian ini terutama disebabkan oleh keengganan operator armada untuk berinvestasi dalam truk listrik di tengah biaya peminjaman yang tinggi.

Menilik ke kapasitas produksi, pabrik Nikola yang berlokasi di Coolidge, Arizona, diklaim mampu memproduksi hingga 2.400 truk per tahun dalam tiga shift. Dengan aset yang bernilai antara USD 500 juta hingga USD 1 miliar, proses penjualan aset yang direncanakan bisa menjadi upaya terakhir bagi Nikola untuk meraih kembali sebagian dari nilai investasinya.

Situasi yang dihadapi Nikola mencerminkan tantangan besar yang masih menghantui banyak perusahaan dalam industri kendaraan listrik. Sementara adopsi kendaraan listrik dianggap sebagai solusi masa depan yang ramah lingkungan, bisnis ini tetap perlu mendobrak tantangan ekonomi makro yang sangat dinamis. Pasar yang masih rentan dan fluktuasi pendanaan menuntut setiap perusahaan untuk lebih inovatif dan adaptif dalam strategi bisnis mereka.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, industri menantikan apakah Nikola mampu bangkit kembali dari kebangkrutan dan menata ulang posisinya di pasar kendaraan listrik yang sangat kompetitif. Bagi pelaku industri lainnya, perjalanan jatuh bangun Nikola bisa menjadi pelajaran berharga dalam menyusun strategi bisnis yang lebih matang dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index