Hubungan Matcha

Hubungan Matcha dengan Risiko Anemia Defisiensi Zat Besi

Hubungan Matcha dengan Risiko Anemia Defisiensi Zat Besi
Hubungan Matcha dengan Risiko Anemia Defisiensi Zat Besi

JAKARTA - Popularitas matcha sebagai minuman sehat terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Minuman berwarna hijau cerah ini dianggap kaya manfaat karena mengandung antioksidan tinggi yang mampu melindungi tubuh dari berbagai penyakit. 

Namun, di balik tren gaya hidup sehat yang dibawanya, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi matcha dalam jumlah berlebihan bisa memicu masalah kesehatan tertentu, salah satunya anemia defisiensi zat besi.

Fenomena ini mencuat setelah sejumlah kisah viral di media sosial. Salah satunya datang dari seorang perawat asal Maryland, Amerika Serikat, yang mengaku harus dirawat di rumah sakit setelah rutin minum dua cangkir latte matcha setiap minggu. 

Rambutnya rontok, tubuh terasa sangat lelah, dan pemeriksaan medis menunjukkan kadar zat besinya sangat rendah. Kisah itu memicu perdebatan: benarkah matcha bisa menjadi penyebab anemia?

Matcha: Kaya Antioksidan tapi Bisa Hambat Penyerapan Zat Besi

Matcha berasal dari daun teh hijau yang digiling halus. Kandungan antioksidan di dalamnya, khususnya katekin, dikenal luas karena manfaatnya dalam melawan radikal bebas, mencegah inflamasi, dan mendukung kesehatan secara keseluruhan. Inilah alasan utama mengapa matcha begitu populer di seluruh dunia, termasuk di kalangan penggiat gaya hidup sehat.

Namun, ada sisi lain yang jarang disadari. Katekin yang menjadi senyawa unggulan matcha ternyata juga bisa memengaruhi penyerapan zat besi non-heme, yaitu zat besi yang berasal dari sumber nabati seperti sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Menurut Dr. Magali Chohan, dosen senior nutrisi di St Mary’s University, London, sifat katekin yang dapat mengikat zat besi membuat tubuh lebih sulit menyerapnya. Akibatnya, kadar zat besi yang masuk ke dalam darah berkurang, sehingga produksi sel darah merah pun menurun. Kondisi ini bisa berujung pada anemia defisiensi zat besi, yang ditandai dengan menurunnya kemampuan darah membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Gejala yang Bisa Muncul

Anemia defisiensi zat besi tidak selalu langsung disadari. Gejala awalnya sering dianggap sepele, padahal bisa berdampak serius jika dibiarkan. Beberapa tanda umum yang perlu diperhatikan antara lain:

Kelelahan berlebihan meski tidak melakukan aktivitas berat.

Masalah pernapasan, misalnya terasa cepat lelah saat berjalan.

Palpitasi jantung atau jantung berdebar lebih cepat.

Kulit pucat yang terlihat berbeda dari biasanya.

Sakit kepala berulang.

Pusing atau merasa ingin pingsan.

Gejala-gejala ini biasanya muncul karena berkurangnya jumlah sel darah merah sehat yang bertugas membawa oksigen ke jaringan tubuh.

Siapa yang Paling Berisiko?

Tidak semua orang yang gemar minum matcha akan langsung terkena anemia. Risiko terbesar biasanya dialami oleh kelompok tertentu, terutama mereka yang asupan zat besinya lebih bergantung pada sumber nabati.

Dr. Chohan menjelaskan bahwa vegan dan vegetarian menjadi kelompok yang paling rentan karena asupan zat besi mereka berasal dari sumber non-heme, yang lebih sulit diserap tubuh. Selain itu, orang-orang yang sudah memiliki kadar zat besi rendah sebelumnya juga harus lebih waspada.

Kelompok yang rawan antara lain:

Ibu hamil, karena kebutuhan zat besi meningkat.

Perempuan yang sedang menstruasi, karena kehilangan darah setiap bulan.

Bayi dan anak-anak, yang membutuhkan zat besi tinggi untuk pertumbuhan.

Penderita anemia atau mereka yang pernah mengalami defisiensi zat besi.

Sementara itu, orang yang mendapatkan zat besi dari sumber hewani seperti daging atau ikan relatif lebih terlindungi, meski tetap perlu memperhatikan pola konsumsi matcha mereka.

Moderasi adalah Kunci

Meski matcha dapat memengaruhi penyerapan zat besi, bukan berarti minuman ini harus dihindari sepenuhnya. Para ahli justru menekankan pentingnya konsumsi dalam batas wajar.

Dr. Chohan mengingatkan, “Seperti tren lainnya, moderasi adalah kuncinya.” Dengan kata lain, menikmati matcha sesekali tidak akan berbahaya bagi kebanyakan orang. Namun, ada beberapa cara untuk meminimalkan dampaknya terhadap penyerapan zat besi:

Hindari minum matcha bersamaan dengan makanan kaya zat besi atau saat mengonsumsi suplemen zat besi.

Atur jarak waktu konsumsi matcha dengan jam makan, agar efek pengikat katekin terhadap zat besi berkurang.

Kombinasikan zat besi nabati dengan vitamin C, misalnya menambahkan perasan lemon pada salad sayuran. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi non-heme lebih efektif.

Jika seseorang merasa khawatir atau sudah menunjukkan gejala anemia, konsultasi dengan dokter umum atau ahli gizi adalah langkah terbaik sebelum melanjutkan kebiasaan minum matcha dalam jumlah besar.

Menyeimbangkan Manfaat dan Risiko

Tidak dapat dipungkiri, matcha memiliki banyak manfaat kesehatan berkat kandungan antioksidannya yang tinggi. Minuman ini juga populer karena memberi efek menenangkan sekaligus meningkatkan fokus. Namun, memahami efek samping potensialnya sama pentingnya dengan menikmati manfaatnya.

Bagi masyarakat yang semakin sadar kesehatan, informasi ini bisa menjadi pengingat bahwa tidak ada tren kesehatan yang sepenuhnya bebas risiko. Sama seperti makanan atau minuman lain, kuncinya terletak pada cara mengonsumsinya.

Dengan konsumsi yang seimbang, matcha tetap bisa menjadi bagian dari pola hidup sehat tanpa mengorbankan kadar zat besi dalam tubuh.

Hubungan antara matcha dan anemia defisiensi zat besi bukanlah mitos. Kandungan katekin di dalamnya memang dapat mengurangi penyerapan zat besi, terutama dari sumber nabati. Meski begitu, risiko ini bisa dikelola dengan strategi sederhana seperti membatasi konsumsi, memberi jarak waktu dengan makan, dan mengombinasikan makanan dengan vitamin C.

Pada akhirnya, matcha bukanlah musuh. Ia tetap bisa menjadi teman bagi kesehatan selama diminum dengan porsi yang tepat. Ingatlah bahwa keseimbangan adalah kunci, dan konsultasi dengan tenaga medis selalu menjadi langkah bijak bagi siapa saja yang memiliki kondisi khusus.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index