JAKARTA - Tahun 2025 menjadi tonggak penting dalam sejarah hubungan Indonesia dan Timor Leste. Tepat 23 tahun sudah kedua negara menjalin hubungan diplomatik yang tidak hanya berakar pada kedekatan geografis, tetapi juga ikatan sejarah, bahasa, dan tradisi budaya.
Momentum inilah yang dimanfaatkan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, untuk meneguhkan kembali komitmen kerja sama lintas budaya dengan negara tetangga tersebut.
Dalam kunjungan kerjanya ke Timor Leste, Fadli Zon bertemu dengan Ketua Parlemen Timor Leste, H.E. Maria Fernanda Lay. Pertemuan itu menjadi simbol kuatnya hubungan persaudaraan serumpun yang terus berkembang, khususnya dalam bidang kebudayaan.
“Saya mengapresiasi hubungan yang telah terjalin selama ini antara Timor Leste dengan Indonesia dalam berbagai bidang, khususnya melalui kepemimpinan Yang Mulia Maria Fernanda Lay – sebagai Ketua Parlemen perempuan pertama di Timor Leste,” ujar Fadli dalam dialog di Dili.
Diplomasi Budaya sebagai Jembatan Persahabatan
Dalam pertemuan tersebut, Fadli Zon menegaskan bahwa kerja sama budaya menjadi salah satu pilar penting untuk mempererat ikatan kedua bangsa. Menurutnya, budaya memiliki daya tahan yang kuat dan mampu melampaui perbedaan politik maupun dinamika ekonomi.
Ia menyinggung kiprahnya saat menjabat Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI pada periode 2019–2024, serta pengalamannya sebagai Presiden Global Organization of Parliamentarians Against Corruption (GOPAC) pada 2015–2019 dan Wakil Presiden South East Asian Parliamentarians Against Corruption (SEAPAC) untuk periode 2023–2025.
Semua pengalaman itu, katanya, mempertegas komitmennya memperkuat diplomasi parlemen dan hubungan antarnegara, termasuk dengan Timor Leste.
“Sebagaimana pada periode saya sebagai Ketua BKSAP DPR RI, maupun saat menjabat Presiden GOPAC dan Wakil Presiden SEAPAC, saya terus berupaya mempererat hubungan antarparlemen dengan negara-negara lain, termasuk Timor Leste. Ibu Maria pun sebelumnya berperan penting sebagai Wakil Presiden GOPAC (2012–2015),” jelasnya.
Potensi Kolaborasi di Bidang Seni dan Industri Kreatif
Fadli Zon menekankan bahwa kerja sama budaya bukan hanya soal pertukaran seni dan pelestarian tradisi lokal, tetapi juga dapat menjadi motor penggerak inovasi ekonomi kreatif.
Menurutnya, peluang besar terbuka lebar untuk mengembangkan sektor kreatif berbasis budaya yang dapat menguntungkan kedua negara.
“Tahun ini merupakan tonggak penting bagi kedua negara, karena kita memperingati 23 tahun hubungan diplomatik. Indonesia dan Timor Leste adalah saudara serumpun – tidak hanya secara geografis tetapi juga terikat oleh sejarah, tradisi, budaya dan bahasa. Oleh karena itu, saya berharap ke depan kita bisa memperkuat kerja sama di bidang kebudayaan,” ucap Fadli.
Ia menambahkan, kerja sama budaya dapat dikembangkan dalam bentuk pertukaran seniman, pameran bersama, festival lintas negara, maupun kolaborasi akademik dalam riset kebudayaan.
Selain itu, pelestarian tradisi lokal melalui program lintas batas juga diyakini mampu memperkokoh identitas nasional kedua bangsa.
Diplomasi Parlemen Perempuan Timor Leste
Pertemuan dengan Maria Fernanda Lay memiliki arti tersendiri bagi Fadli Zon. Ia menggarisbawahi kiprah Maria sebagai Ketua Parlemen perempuan pertama di Timor Leste sekaligus tokoh penting dalam diplomasi regional.
Maria, yang pernah menjabat Wakil Presiden GOPAC periode 2012–2015, dinilai telah berperan besar dalam memperjuangkan nilai demokrasi dan transparansi di parlemen negaranya.
Fadli menilai keberadaan tokoh seperti Maria menjadi modal besar dalam membangun diplomasi budaya yang inklusif dan berkesinambungan.
Peran Kedutaan Besar dalam Mendukung Inisiatif Budaya
Pertemuan bilateral tersebut juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Timor Leste, Okto Dorinus Manik, serta Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Dili, Prof. Dr. Tasrifin Tahara.
Kehadiran mereka menunjukkan bahwa diplomasi budaya bukan hanya tugas kementerian, tetapi melibatkan banyak pemangku kepentingan lintas lembaga.
KBRI Dili, dalam hal ini, berperan sebagai garda terdepan dalam menghubungkan seniman, akademisi, hingga komunitas budaya antara Indonesia dan Timor Leste. Dukungan mereka sangat penting dalam menjembatani program-program kerja sama yang lebih konkret.
Membuka Ruang Baru Bagi Masa Depan
Fadli Zon percaya bahwa penguatan hubungan budaya akan membuka ruang baru bagi masa depan kedua negara. Inisiatif ini tidak hanya menumbuhkan rasa saling pengertian, tetapi juga memberikan dampak ekonomi melalui industri kreatif, pariwisata, hingga pendidikan.
“Kerja sama budaya dapat menjadi pendorong inovasi, penguatan identitas, sekaligus peluang pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Indonesia dan Timor Leste sama-sama memiliki potensi besar di bidang ini,” tegasnya.
Kesimpulan
Momentum peringatan 23 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Timor Leste menjadi titik refleksi sekaligus pijakan untuk melangkah lebih jauh.
Melalui dialog yang dilakukan Fadli Zon dengan Ketua Parlemen Timor Leste, Maria Fernanda Lay, arah kerja sama kedua negara semakin jelas: memperkuat jembatan persaudaraan melalui budaya.
Kolaborasi lintas budaya tidak hanya menjaga tradisi yang telah ada, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang menguntungkan masyarakat di kedua belah pihak.
Dengan dukungan berbagai pemangku kepentingan, baik dari pemerintah, parlemen, maupun komunitas budaya, diharapkan hubungan Indonesia dan Timor Leste akan semakin erat, solid, dan berkelanjutan.