Batu Bara

Astrindo Ungkap Strategi Batu Bara 2026 ke Jepang

Astrindo Ungkap Strategi Batu Bara 2026 ke Jepang
Astrindo Ungkap Strategi Batu Bara 2026 ke Jepang

JAKARTA - PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk. (BIPI) menyiapkan strategi bisnis untuk tahun 2026 dengan fokus pada penjualan batu bara ke pasar regional, terutama Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Direktur Utama BIPI, Raymond Anthony Gerungan, menyampaikan bahwa mayoritas pendapatan perseroan berasal dari tambang Jembayan yang memproduksi batu bara.

“Apabila harga batu bara tahun depan masih berada di level saat ini, perkiraan saya mungkin tidak akan ada peningkatan atas pendapatan kami,” kata Raymond dalam public expose, Senin (29 September 2025). Meski demikian, perseroan optimistis dapat meningkatkan pendapatan melalui peningkatan total produksi.

Menurut Raymond, produksi batu bara tahun ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya karena Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) belum mendapatkan persetujuan. BIPI berharap RKAB bisa disetujui pada akhir tahun ini sehingga produksi tahun depan dapat meningkat, mendorong pertumbuhan pendapatan meski harga batu bara stabil. 

“Artinya, dengan peningkatan produksi, dari sisi revenue, meskipun harga batu bara di level saat ini, tetap ada peningkatan yang cukup berarti,” ujarnya.

Efisiensi Biaya Jadi Fokus

Selain meningkatkan produksi, BIPI juga menekankan efisiensi biaya sebagai strategi penting tahun depan. Direktur BIPI, Ferdy Yustianto, menjelaskan bahwa sepanjang semester I/2025, melalui anak usaha PT Mitra Tama Perkasa dan PT Nusa Tambang Pratama, perseroan menangani logistik batu bara sebesar 31,96 juta ton. Jumlah ini menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 33,21 juta ton.

Sementara untuk operasional penambangan, produksi entitas usaha BIPI, Sakari Resources Limited, menurun menjadi 0,8 juta ton pada kuartal II/2025 dari 0,92 juta ton pada kuartal I/2025. Penurunan produksi ini dipengaruhi curah hujan yang lebih tinggi, yang berdampak pada aktivitas penambangan.

Meski produksi menurun, penjualan batu bara perseroan mengalami peningkatan pada kuartal II/2025, mencapai 0,9 juta ton, lebih tinggi dibanding kuartal I. Wilayah Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan menjadi kontributor terbesar penjualan grup Sakari Resources. Harga jual rata-rata tercatat sebesar US$75,6 per ton.

Harga Batu Bara dan Dinamika Pasar Global

Ferdy menekankan bahwa harga batu bara mengalami penurunan karena sejumlah faktor. Penurunan permintaan, percepatan transisi ke energi terbarukan, dan peningkatan suplai menjadi penyebab utama. Aktivitas manufaktur di China yang melemah turut menekan permintaan batu bara, sementara India mengalami penurunan konsumsi seiring meningkatnya produksi listrik dari energi terbarukan dan pertumbuhan permintaan listrik yang lebih lambat.

Di sisi lain, pasar Amerika Serikat diperkirakan akan menunjukkan peningkatan permintaan batu bara. Hal ini dipicu harga gas alam yang lebih tinggi, sehingga pembangkit listrik lebih banyak beralih ke batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi. Fenomena ini menjadi peluang bagi BIPI untuk memanfaatkan pasar luar negeri di tengah tekanan pasar global.

Rencana Kerja dan Target Produksi 2026

Raymond menegaskan, dengan persetujuan RKAB yang diharapkan pada akhir tahun ini, BIPI akan meningkatkan produksi batu bara untuk mendorong pertumbuhan pendapatan. Strategi ini sejalan dengan upaya perseroan menjaga stabilitas operasional dan memanfaatkan peluang pasar regional.

“Target kami bukan hanya mempertahankan volume penjualan, tetapi juga memastikan logistik dan distribusi berjalan efisien sehingga suplai ke Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan dapat terpenuhi tepat waktu,” ujar Raymond.

Fokus pada efisiensi operasional dan peningkatan produksi diharapkan bisa menutup potensi stagnasi pendapatan akibat harga batu bara yang tidak meningkat signifikan. BIPI juga menekankan manajemen biaya yang ketat agar profitabilitas tetap terjaga.

Tantangan dan Peluang Industri Batu Bara

Menurut Ferdy, penurunan harga batu bara menjadi tantangan bagi perusahaan, terutama di tengah transisi global menuju energi bersih. Namun, permintaan di beberapa negara masih memberikan peluang bagi BIPI untuk mempertahankan pangsa pasar regional.

Selain itu, strategi efisiensi dan peningkatan produksi diharapkan dapat memberikan fleksibilitas bagi BIPI menghadapi fluktuasi harga global. Raymond menegaskan bahwa perseroan akan terus memantau dinamika pasar dan menyesuaikan strategi sesuai kebutuhan, termasuk meninjau alokasi penjualan ke masing-masing negara.

“Dengan strategi tepat, BIPI optimistis mampu menjaga pertumbuhan pendapatan, meski harga batu bara global tidak menunjukkan tren kenaikan signifikan,” tambahnya.

Proyeksi kinerja BIPI untuk 2026 menekankan dua fokus utama: peningkatan produksi dan efisiensi biaya. Meskipun harga batu bara global menurun karena transisi energi dan permintaan yang melemah di beberapa pasar, peningkatan produksi diharapkan mendorong pertumbuhan pendapatan. Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan tetap menjadi pasar utama, sementara peluang di Amerika Serikat akan dimaksimalkan seiring harga gas yang lebih tinggi.

Dengan RKAB yang segera disetujui, pengelolaan logistik yang efisien, serta strategi adaptif terhadap dinamika pasar, BIPI menargetkan pertumbuhan pendapatan yang stabil meski menghadapi tekanan harga global dan tantangan produksi di dalam negeri.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index