JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah telah menunjukkan capaian signifikan.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji, menyebut bahwa MBG kini telah menjangkau 1,2 juta sasaran, terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, serta balita, dari target nasional 9,3 juta hingga akhir tahun 2025.
“Sekarang untuk ibu hamil (bumil), ibu menyusui (busui), hingga balita non-PAUD atau B3 sudah 1,2 juta dari target 9,3 juta,” ujar Wihaji saat ditemui di Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur, Senin. Pencapaian ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya bagi kelompok rentan seperti ibu dan anak.
Wihaji menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto memberikan mandat penuh kepada Kemendukbangga/BKKBN untuk mendata, mendistribusikan, hingga mengevaluasi penerima MBG bagi kelompok B3. Penekanan ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap keamanan, kualitas, dan ketepatan sasaran program.
Dalam menghadapi risiko kasus keracunan makanan yang sempat terjadi di beberapa sekolah, Wihaji menyatakan pihaknya bekerja keras untuk meminimalkan insiden tersebut. Salah satu strategi yang diterapkan adalah melibatkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) atau kader di lapangan untuk melakukan edukasi dan sosialisasi terkait cara penyaluran MBG yang aman dan tepat sasaran.
“Seandainya ada beberapa kasus, saya kira nanti protapnya dijalankan dengan baik. Namanya juga program baru, kita terus berusaha semaksimal mungkin, termasuk bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional (BGN, khusus untuk B3, alhamdulillah semoga juga tidak ada kasus, karena selama ini baik-baik saja, mungkin ada beberapa masalah itu nanti kita selesaikan,” jelas Wihaji.
Selain itu, Mendukbangga menyoroti pentingnya sosialisasi dan kepastian prosedur bagi kader agar bisa menjangkau sasaran MBG yang tinggal di lokasi sulit atau terpencil. Ia menegaskan, distribusi MBG tidak boleh berhenti meski ada kendala, dan pengawasan harus dilakukan secara ketat agar program berjalan sesuai tujuan.
“Nanti kita evaluasi, intinya berapapun jumlah MBG khusus B3, kita diwajibkan untuk memberikan kepada mereka. Jadi kalau memang ada masalah-masalah, yang selama ini diberitakan media, kita ikhtiarkan supaya jangan terjadi dan terus kita awasi, kita kawal bersama-sama,” tambahnya.
Dalam mendukung kinerja para kader, pemerintah menyediakan alokasi anggaran untuk biaya transportasi. Wihaji menyebutkan, setiap kader yang mendistribusikan MBG mendapatkan sekitar Rp1 ribu per ompreng makanan yang diantarkan. Ini merupakan bentuk apresiasi sekaligus insentif agar distribusi dapat berjalan efektif.
“Kebetulan salah satu tugas Tim Pendamping Keluarga (TPK) atau kader-kader KB kita, kader posyandu, dan sebagainya itu untuk mendistribusikan (MBG) ada pembiayaannya, itu macam-macam, tetapi kira-kira begini, sekitar seribu per orang,” jelas Wihaji.
Wihaji mencontohkan, seorang kader yang mendistribusikan MBG kepada 20 penerima setiap hari selama 20 hari, secara total akan memperoleh sekitar Rp400 ribu per bulan. Besaran ini dapat berbeda tergantung kondisi geografis wilayah sasaran dan metode distribusi yang dilakukan.
“Kalau satu orang seribu, berarti 20 ribu, dikalikan 20 hari, kira-kira Rp400 ribu, tetapi itu tergantung geografisnya. Nanti ada yang kita bincangkan antara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan para penyuluh yang mandiri mendistribusikan, karena kewajibannya SPPG,” ungkapnya.
Program MBG menargetkan sasaran yang luas, termasuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di keluarga B3 (Berkebutuhan, Balita, dan Bumil), sebagai upaya meningkatkan kualitas gizi generasi penerus. Dengan distribusi yang terencana, pengawasan yang ketat, dan dukungan anggaran untuk kader, program ini diharapkan bisa berjalan optimal serta memberikan dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat Indonesia.
Langkah-langkah yang diambil Kemendukbangga/BKKBN juga memperlihatkan upaya pemerintah dalam mengintegrasikan program gizi dengan sistem pendampingan keluarga dan pelibatan kader di tingkat komunitas. Hal ini tidak hanya memudahkan distribusi MBG, tetapi juga memastikan bahwa setiap sasaran menerima nutrisi yang cukup, aman, dan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan capaian 1,2 juta sasaran hingga saat ini, program MBG menunjukkan progres yang nyata, sekaligus menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam menekankan pentingnya pemenuhan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Upaya ini diharapkan dapat terus berkembang hingga target 9,3 juta sasaran tercapai pada akhir tahun 2025, sejalan dengan komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kualitas hidup generasi muda melalui pemenuhan gizi yang optimal.