Pasar Modal

IFG Sebut Kolaborasi Internasional Dorong Pertumbuhan Pasar Modal Indonesia

IFG Sebut Kolaborasi Internasional Dorong Pertumbuhan Pasar Modal Indonesia
IFG Sebut Kolaborasi Internasional Dorong Pertumbuhan Pasar Modal Indonesia

JAKARTA - Pasar modal Indonesia mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,12 persen, meskipun ketidakpastian ekonomi global masih membayangi. Pernyataan ini disampaikan Dr. Ibrahim Kholilul Rohman, Head Indonesia Financial Group (IFG) Progress, saat berbicara di Belt and Road Summit 2025, Hong Kong. “Ini sangat bagus, terutama di saat ketidakpastian terjadi di banyak negara,” ujar Dr. Ibrahim.

Selama dekade terakhir, pasar modal Indonesia tumbuh dengan rata-rata tahunan sekitar 12 persen. Transformasi pasar modal yang sebelumnya terbatas pada segmen tertentu kini menjadi lebih inklusif, sehingga investor ritel kini memegang sekitar 28 persen dari total aset yang dikelola seluruh perusahaan pasar modal di Indonesia. Perubahan ini menunjukkan bahwa pasar modal domestik semakin ramah bagi berbagai kalangan investor, termasuk masyarakat menengah yang kini lebih aktif berpartisipasi.

Dukungan Regulasi OJK dan Kebijakan Inovatif

Dr. Ibrahim menekankan peran penting regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mendorong pertumbuhan pasar modal. “Kondisi ini juga didukung perspektif regulasi dari OJK, yang mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk lebih ramah bagi seluruh investor, termasuk pajak yang sangat rendah untuk IPO dan penerapan multiple voting shares untuk melindungi perusahaan pemula agar bisa menjaga stabilitas perusahaan,” jelasnya. Kebijakan ini tidak hanya memberikan perlindungan bagi perusahaan baru tetapi juga mendorong minat investor domestik maupun internasional untuk menanamkan modal.

Sinergi Infrastruktur dan Kolaborasi Internasional

Pertumbuhan pasar modal Indonesia juga seiring dengan stabilitas ekonomi struktural dan momentum kerja sama dengan China dalam pembangunan infrastruktur selama sepuluh tahun terakhir. Proyek jalan tol dan kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dan Bandung menjadi contoh nyata sinergi ini. Dr. Ibrahim menyebut, “Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi kolaborasi menarik bagi investor, termasuk dari Hong Kong dan China, karena populasi berpendapatan menengah meningkat dan literasi pasar modal terus berkembang.”

Transformasi infrastruktur yang didukung inovasi digital dan kolaborasi internasional turut memperkuat keyakinan investor. Dengan dukungan regulasi dan pembangunan infrastruktur yang konsisten, pasar modal Indonesia berada dalam posisi strategis untuk menarik investasi global dan memacu pertumbuhan ekonomi.

Optimisme Perekonomian Nasional

Selain pertumbuhan pasar modal, optimisme juga muncul dari sisi perekonomian secara keseluruhan. Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Kemenko Perekonomian, Ferry Irawan, menyampaikan keyakinannya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia meski menghadapi tantangan global, termasuk gejolak ekonomi dari negara maju dan berkembang.

Ferry menekankan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sekitar 5 persen, pertumbuhan investasi mencapai 30 persen dari target, serta Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur di level 51,5 yang menunjukkan peningkatan aktivitas industri. Menurutnya, proyek strategis nasional dan kerja sama internasional, termasuk investasi China, menjadi pendorong utama pertumbuhan infrastruktur dan ekonomi regional.

Proyek Strategis dan Dampak Ekonomi

Ferry mencontohkan proyek Jakarta-Bandung High-Speed Railway yang telah melayani lebih dari 11 juta penumpang. Proyek ini menyerap sekitar 90 persen tenaga kerja lokal dan memberikan kontribusi sekitar 0,6 persen terhadap PDB Jakarta dan Jawa Barat. “Melalui inovasi dan kemitraan, proyek-proyek ini tidak hanya memperkuat struktur fisik, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan regional, dan memungkinkan alih teknologi,” kata Ferry.

Proyek strategis semacam ini menunjukkan bahwa investasi di Indonesia tidak hanya memperkuat sektor fisik, tetapi juga memberikan efek multiplier terhadap lapangan kerja, kemampuan teknologi, dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Keberlanjutan proyek dan kolaborasi internasional menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dan optimisme pasar modal.

Belt and Road Summit sebagai Platform Investasi

Belt and Road Summit ke-10 yang diselenggarakan di Hong Kong Convention and Exhibition Centre menghadirkan lebih dari 6.000 peserta dari lebih dari 120 negara dan wilayah. Acara ini menjadi platform utama untuk menjajaki peluang bisnis dan investasi di sepanjang jalur Belt and Road, dengan fokus pada sektor infrastruktur, teknologi, dan pembangunan berkelanjutan.

Dengan hadirnya investor global dan berbagai negara, pasar modal Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan performa positif dan menarik investasi yang berkelanjutan. Pertumbuhan 5,12 persen pada pasar modal di tengah ketidakpastian global menjadi bukti bahwa fundamental ekonomi dan regulasi yang baik mampu menahan tekanan eksternal dan memacu optimisme.

Secara keseluruhan, pertumbuhan pasar modal Indonesia mencerminkan kekuatan struktur ekonomi, dukungan regulasi OJK, dan kolaborasi infrastruktur internasional. Optimisme dari investor, baik domestik maupun global, memperlihatkan tren yang menjanjikan untuk pertumbuhan ekonomi jangka menengah hingga panjang.

Transformasi pasar modal menjadi lebih inklusif, didukung regulasi pro-investor dan proyek strategis, memberikan fondasi yang kuat bagi Indonesia untuk tetap menarik minat investor di tengah ketidakpastian global. Proyeksi positif ini menegaskan posisi Indonesia sebagai destinasi investasi yang aman, stabil, dan berpotensi tinggi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index