Gotong Royong Warga Bener Meriah Bangun Jembatan Darurat

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:41:51 WIB
Gotong Royong Warga Bener Meriah Bangun Jembatan Darurat

JAKARTA - Ketika infrastruktur rusak dan akses transportasi terputus akibat bencana alam, ketahanan sosial masyarakat menjadi penopang utama keberlangsungan aktivitas sehari-hari. 

Kondisi inilah yang terlihat di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, saat warga dari dua desa memilih tidak menunggu dan bergerak bersama untuk membuka kembali jalur penghubung yang terputus. Semangat gotong royong menjadi kunci agar kehidupan warga perlahan kembali berjalan di tengah keterbatasan.

Banjir dan longsor yang melanda kawasan tersebut merusak jembatan di Sungai Tajuk Enang-Enang, sehingga akses jalan alternatif antara Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Bireuen terputus. 

Situasi ini berdampak langsung pada mobilitas warga, distribusi barang, hingga aktivitas ekonomi. Di tengah kondisi tersebut, inisiatif masyarakat menjadi harapan utama untuk memulihkan akses yang sangat dibutuhkan.

Inisiatif Warga Bangun Akses Darurat

Ratusan warga Desa Bener Meriah dan Desa Wih Porak bergotong royong membuka kembali akses jalan alternatif yang sebelumnya terputus. Jalan tersebut kini menjadi jalur utama setelah ruas jalan lintas tengah di Kilometer 55 terputus total akibat dampak bencana.

Dengan mengandalkan dana sukarela dan tenaga swadaya, warga berupaya membangun jembatan darurat agar kendaraan dapat kembali melintas. 

Kayu-kayu sisa banjir dimanfaatkan sebagai material utama untuk membangun jembatan sementara. Meski dengan peralatan seadanya, upaya ini dilakukan demi memastikan roda kehidupan warga tetap berputar.

Pembangunan jembatan darurat ini menjadi bentuk kepedulian kolektif masyarakat terhadap kebutuhan bersama. Tanpa menunggu bantuan besar, warga memilih bertindak agar akses vital tidak sepenuhnya terhenti, terutama untuk kebutuhan mendesak seperti logistik, layanan kesehatan, dan aktivitas ekonomi harian.

Jalan Alternatif Jadi Akses Utama Warga

Relawan setempat menyebutkan bahwa pembukaan akses jalan darurat sudah dimulai sejak beberapa hari terakhir. Sebelumnya, warga dari kedua desa sempat terisolasi selama hampir tiga pekan pasca kejadian banjir dan longsor. Kondisi tersebut membuat aktivitas masyarakat sangat terbatas dan bergantung pada jalur-jalur kecil yang sulit dilalui.

Kini, meskipun jembatan darurat telah dibangun, kendaraan yang melintas masih harus mendapat pengawalan dan bantuan dari warga sekitar. Hal ini dilakukan karena kondisi jalan dan jembatan belum sepenuhnya aman untuk dilalui secara normal.

“Ini jembatan sudah putus. Jadi sebelumnya jalan ini hanya jalur alternatif, sekarang justru jadi akses utama. Kalau tidak dibantu, banyak kendaraan tidak bisa lewat,” ujar salah satu relawan di lokasi.

Pernyataan tersebut menggambarkan betapa krusialnya jalur tersebut bagi mobilitas warga. Tanpa akses ini, hubungan antarwilayah akan kembali terputus dan berdampak lebih luas pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.

Swadaya Masyarakat di Tengah Keterbatasan

Menurut warga, hingga saat ini proses perbaikan jalan dan jembatan masih sepenuhnya mengandalkan swadaya masyarakat. Bantuan dari pemerintah daerah belum terlihat secara signifikan, selain bantuan terbatas berupa bahan pangan dan sedikit beras untuk memenuhi kebutuhan dasar warga terdampak.

Keterbatasan tersebut tidak menyurutkan semangat warga untuk terus melanjutkan perbaikan. Setiap hari, warga bergantian membantu pekerjaan di lapangan, mulai dari mengangkat material, memperkuat struktur jembatan darurat, hingga membantu kendaraan yang melintas.

Situasi ini mencerminkan kuatnya nilai gotong royong yang masih hidup di tengah masyarakat pedesaan. Namun di sisi lain, kondisi tersebut juga menunjukkan kebutuhan mendesak akan dukungan yang lebih terstruktur agar perbaikan dapat dilakukan secara aman dan berkelanjutan.

Harapan Warga pada Perbaikan Permanen

Warga berharap pemerintah segera turun tangan untuk melakukan normalisasi jalan desa dan kecamatan yang terdampak bencana. Perbaikan permanen dinilai sangat penting agar masyarakat tidak terus berada dalam kondisi rawan, terutama saat cuaca ekstrem kembali terjadi.

“Kami berharap ada perhatian dari pemerintah, terutama untuk perbaikan permanen jalan dan jembatan. Supaya warga tidak lagi kesulitan,” kata relawan lainnya.

Selain untuk kelancaran mobilitas, perbaikan infrastruktur juga dibutuhkan untuk memulihkan aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Akses jalan yang baik akan memudahkan distribusi hasil pertanian, perdagangan antarwilayah, serta akses ke layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan.

Melalui kerja sama antara masyarakat dan pemerintah, warga berharap proses pemulihan pascabencana dapat berjalan lebih cepat dan menyeluruh. Semangat gotong royong yang telah ditunjukkan warga Bener Meriah diharapkan menjadi modal sosial yang diperkuat dengan dukungan kebijakan dan pembangunan infrastruktur yang memadai.

Terkini