PT MNC Energy Investments Tbk Siap Gelar Rights Issue: Targetkan Dana Segar Rp1,27 Triliun untuk Dorong Ekspansi Bisnis Batu Bara

Jumat, 21 Februari 2025 | 15:04:19 WIB
PT MNC Energy Investments Tbk Siap Gelar Rights Issue: Targetkan Dana Segar Rp1,27 Triliun untuk Dorong Ekspansi Bisnis Batu Bara

Jakarta - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) siap melaksanakan Penawaran Umum Terbatas III dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau yang lebih dikenal dengan rights issue. Setelah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 20 Februari 2025, IATA berencana mengumumkan rights issue ini dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 20,19 miliar saham Seri B. Aksi korporasi ini akan memberikan kontribusi sebesar 44,44% terhadap total modal disetor pasca PUT III, dengan rasio 5:4 untuk pemegang saham (lima saham lama berhak mendapatkan empat HMETD), Jumat, 21 Februari 2025.

Setiap pemegang satu HMETD nantinya dapat membeli satu saham baru dengan harga eksekusi sebesar Rp63 per saham. Dengan demikian, IATA menargetkan dapat menghimpun dana segar hingga Rp1,27 triliun. "Dana yang terkumpul setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan sebagai modal kerja perusahaan, terutama untuk menunjang aktivitas trading batu bara," ungkap juru bicara PT MNC Energy Investments.

Optimisme dalam Bisnis Batu Bara

Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor energi, PT MNC Energy Investments menaruh harapan besar pada pertumbuhan bisnis batu bara di tahun 2025. Permintaan yang stabil, meskipun di tengah fluktuasi harga dan regulasi baru, dipercaya mampu mendongkrak kinerja perusahaan. Sumber daya ini merupakan salah satu energi terjangkau yang banyak dibutuhkan di negara-negara besar seperti China dan India.

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), permintaan global batu bara pada 2025 diproyeksikan mencapai 8.801 juta ton, naik 0,34% dibandingkan tahun sebelumnya. China, sebagai konsumen terbesar, diperkirakan menyerap 4.940 juta ton atau 56% dari total permintaan global. Sementara itu, India di posisi kedua dengan konsumsi sebesar 1.363 juta ton atau 15%.

Di Indonesia sendiri, batu bara tetap menjadi penyokong utama dalam bauran energi nasional. "Pemerintah menargetkan produksi mencapai 735 juta ton tahun depan, meningkat dari target 2024 yang sebesar 710 juta ton," jelas seorang pejabat dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dari target tersebut, 240 juta ton akan dialokasikan untuk kebutuhan domestik, sisanya sebanyak 495 juta ton diarahkan untuk pasar ekspor.

Kinerja dan Rencana Strategis IATA

Pada tahun 2024, ekspor menjadi kontributor utama bagi penjualan batu bara IATA, yakni sebesar 66,8% dari total penjualan. India menjadi pasar terbesar dengan porsi 35,5%, disusul oleh China dengan 20,3%, dan Vietnam 10%. Mengelola enam Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, IATA terus meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan yang meningkat.

Selain itu, IATA berencana memaksimalkan produksi tambang milik PT Putra Muba Coal, PT Indonesia Batu Prima Energi, dan PT Arthaco Prima Energy. Berdasarkan laporan dari Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI), saat ini cadangan batu bara IATA mencapai 294,2 juta MT, meski baru dieksplorasi 15% dari luas area penambangan seluas 51.982 Ha. Proses eksplorasi terus dilakukan untuk menambah cadangan terbukti, dengan harapan mencapai hingga 600 juta MT.

Jadwal Rights Issue

Sesuai jadwal yang dirilis, berikut adalah tahapan rights issue IATA:
- 20 Februari 2025: Pernyataan Efektif dari OJK
- 28 Februari 2025: Cum HMETD di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi
- 4 Maret 2025: Cum HMETD di Pasar Tunai dan Recording Date
- 6-12 Maret 2025: Periode Perdagangan HMETD
- 17 Maret 2025: Penjatahan Saham Tambahan
- 18 Maret 2025: Distribusi Saham Tambahan

Dengan strategi yang matang dan dukungan dari pasar yang menjanjikan, IATA optimis mampu meningkatkan kapasitas dan penjualan, sehingga menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham. "Kami percaya eksplorasi dan pengembangan yang kami lakukan akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bisnis di masa depan," tutup juru bicara IATA.

Terkini