Gultik Blok M, Kuliner Legendaris Tetap Bertahan Menjadi Ikon Jakarta

Rabu, 01 Oktober 2025 | 11:26:29 WIB
Gultik Blok M, Kuliner Legendaris Tetap Bertahan Menjadi Ikon Jakarta

JAKARTA - Fenomena “Habis Berapa Piring Makan Gultik?” tengah ramai di TikTok, menghidupkan kembali popularitas gulai tikungan atau Gultik.

Kuliner kaki lima ini lahir di perempatan Jalan Mahakam dan Jalan Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan. Nama Gultik sendiri berasal dari tradisi pedagang yang menempati tikungan tersebut, menjadikannya sebutan ikonik yang melekat hingga kini.

Sebagian besar pedagang Gultik adalah perantau dari Sukoharjo, Jawa Tengah. Meski harus menempuh jarak lebih dari 580 kilometer, mereka mempertahankan resep dan cara berjualan asli. Gultik mulai dikenal pada akhir 1980-an, terutama sebagai santapan favorit mahasiswa dan pekerja yang menginginkan makanan lezat dengan harga terjangkau.

Tradisi kaki lima yang unik ini membuat Gultik cepat menjadi bagian dari kehidupan malam Jakarta. Kehadiran gerobak kayu berpayung warna-warni menambah kesan hidup pada kawasan Mahakam, yang kemudian menjadi pusat kuliner Blok M.

Ciri Khas dan Kenikmatan Gultik

Keunikan Gultik terletak pada kuah gulai sapi yang encer namun kaya rempah, berbeda dengan gulai Solo yang lebih kental dan menggunakan jeroan kambing. Potongan daging sapi kecil yang empuk disajikan bersama nasi hangat, kerupuk, dan taburan bawang goreng.

Hidangan ini membuat banyak pengunjung rela menambah porsi lebih dari satu. Rasa rempah yang kuat menjadi salah satu alasan Gultik tetap diminati meski tampil sederhana.

Perpaduan kuah dan daging yang empuk menciptakan pengalaman kuliner khas yang sulit ditemukan di tempat lain. Pengunjung tidak hanya menikmati rasa, tetapi juga nuansa kaki lima yang autentik.

Selain cita rasa, harga terjangkau menjadi daya tarik utama. Mahasiswa, pekerja kantoran, hingga wisatawan kerap menjadikan Gultik sebagai menu favorit saat malam. Fenomena ini membuktikan bagaimana kuliner perantau mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Gultik dan Popularitas TikTok

Popularitas Gultik kembali mencuat berkat platform TikTok. Video tantangan “menghabiskan banyak porsi Gultik” membuat kuliner ini viral. Generasi muda yang sebelumnya tidak mengenal Gultik kini tertarik mencoba, sementara para penggemar lama bernostalgia dengan cita rasanya.

Fenomena viral ini mendorong penyebaran Gultik ke luar Jakarta, termasuk kota-kota besar lain seperti Medan. Dengan media sosial sebagai penggerak, Gultik kini dikenal tidak hanya sebagai kuliner kaki lima, tetapi juga ikon budaya kuliner ibu kota.

Kehadiran TikTok membuktikan bahwa kuliner tradisional tetap relevan meski menghadapi tren modern. Generasi baru dapat mengenal Gultik tanpa harus mengunjungi Blok M, sekaligus menjaga eksistensi pedagang kaki lima yang telah bertahan puluhan tahun.

Gultik sebagai Ikon Kuliner Malam Jakarta

Dari tikungan kecil di Blok M, Gultik telah menjadi simbol kuliner malam Jakarta. Meski sederhana, gulai tikungan ini menunjukkan bagaimana kuliner perantau bisa berkembang dan menembus arus zaman. Keberhasilan Gultik tidak hanya soal rasa, tetapi juga dedikasi para pedagang dalam mempertahankan tradisi.

Blok M kini dikenal sebagai kawasan kuliner yang hidup dari sore hingga dini hari, sebagian besar karena Gultik. Kehadiran kuliner ini menghidupkan suasana malam, menarik berbagai kalangan untuk mencicipi sensasi gulai tikungan yang legendaris.

Gultik membuktikan bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Dari perantau Sukoharjo hingga viral di media sosial, perjalanan Gultik menunjukkan kekuatan kuliner kaki lima sebagai identitas budaya yang terus bertahan di Jakarta.

Terkini