Suku Bunga Turun, Astra (ASII) Bidik Kinerja Otomotif

Rabu, 24 September 2025 | 10:45:38 WIB
Suku Bunga Turun, Astra (ASII) Bidik Kinerja Otomotif

JAKARTA - Penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) membawa harapan baru bagi sektor otomotif, termasuk bagi PT Astra International Tbk. (ASII). Emiten konglomerasi ini sempat mencatatkan kinerja melemah pada semester I/2025, terutama di lini bisnis otomotif yang selama ini menjadi kontributor terbesar. Namun, tren penurunan suku bunga membuka peluang bagi Astra untuk kembali menggenjot penjualan sekaligus memperkuat posisinya di pasar kendaraan roda empat dan roda dua.

Dalam laporan keuangannya, Astra membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp15,51 triliun pada semester I/2025. Angka ini turun 2,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp15,85 triliun. Penurunan terutama berasal dari segmen otomotif, yang menyusut 8% year-on-year menjadi Rp5,3 triliun.

Kondisi pasar kendaraan bermotor di Tanah Air pun turut tertekan. Penjualan mobil nasional menurun 9% menjadi 375.000 unit pada semester pertama 2025. Pangsa pasar Astra terkoreksi dari 57% menjadi 54%. Di roda dua, penjualan motor nasional turun 2% menjadi 3,1 juta unit.

Strategi Astra Hadapi Pasar Lesu

Meskipun pasar melambat, manajemen Astra menegaskan komitmennya untuk tetap agresif menggarap potensi pasar otomotif. Senior Analyst Corporate Investor Relations Astra International, Mariam Sanad, mengungkapkan sejumlah langkah yang sudah ditempuh.

“Kami terus luncurkan produk dengan modal baru, luncurkan paket-paket yang menarik, dan layanan purna jual yang unggul bagi konsumen kami,” ujar Mariam dalam Astra Media Day 2025, Selasa (23 September 2025).

Dari segmen roda dua, Astra melihat peluang penguatan melalui perbaikan sales mix dan pasar ekspor yang mulai membaik. Sementara itu, di lini roda empat, fokus utama perusahaan kini tertuju pada pengembangan kendaraan listrik.

Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro, menyampaikan bahwa ASII sedang berupaya memperluas jangkauan mobil listrik agar bisa menyasar pasar yang lebih luas. Menurutnya, persiapan peluncuran kendaraan listrik membutuhkan perencanaan teknis panjang dan kolaborasi erat dengan para mitra.

"Mudah-mudahan meluncurkan EV lagi, masuknya ke hybrid mass market, lebih terjangkau masyarakat Indonesia," kata Djony.

Sejauh ini, Astra telah meluncurkan 15 model hybrid dengan pangsa pasar mencapai 60%. Tidak berhenti di situ, manajemen juga menargetkan peluncuran mobil listrik BEV baru pada tahun ini.

Dukungan Tren Suku Bunga

Faktor eksternal yang kini menjadi angin segar bagi Astra adalah kebijakan moneter BI. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu, BI memangkas suku bunga acuannya 25 basis poin menjadi 4,75%.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai kebijakan ini bisa mendorong daya beli masyarakat. “Penurunan suku bunga acuan memberikan benefit reducing borrowing cost dan meningkatkan permintaan kredit serta mendorong penjualan produk otomotif,” ujarnya kepada Bisnis.

Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, konsumen berpotensi lebih leluasa mengambil kredit kendaraan, baik mobil maupun motor. Hal ini membuka ruang pertumbuhan baru bagi industri otomotif, termasuk Astra sebagai pemain utama.

Tantangan Kompetisi Global

Meski peluang menguat, tantangan eksternal juga tak kalah besar. Analis Sinarmas Sekuritas, Christine Nathania, menilai pelemahan industri otomotif mencerminkan adanya tekanan struktural yang lebih dalam terhadap Astra.

“Ditambah, merek otomotif Astra menghadapi tekanan yang semakin besar dari produsen mobil China, yang penjualannya melonjak,” kata Christine.

Ia memperkirakan penjualan mobil nasional sepanjang 2025 mencapai 800.000 unit. Dari jumlah itu, Astra diproyeksikan menjual sekitar 425.000 unit untuk mempertahankan pangsa pasar 53%.

Dengan demikian, meski tren suku bunga rendah mendukung daya beli, Astra tetap harus waspada menghadapi kompetisi ketat, khususnya dari merek asing yang agresif menawarkan produk dengan harga lebih kompetitif.

Pandangan Investor Global

Di sisi pasar modal, prospek saham ASII mendapat sorotan positif. Tim Riset JP Morgan dalam publikasi terbarunya menyebut ada potensi peningkatan imbal hasil bagi pemegang saham menyusul strategi Astra terkait alokasi modal.

JP Morgan menilai Astra berpotensi meningkatkan rasio pembayaran dividen di masa mendatang. Hal ini menjadi sentimen positif yang membuat investor lebih optimistis.

“Kami menekankan kepada investor bahwa kami yakin lingkungan penjualan 4W yang lemah akan berdampak minimal terhadap bisnis Astra,” tulis JP Morgan.

Dengan demikian, meski kinerja jangka pendek otomotif Astra masih tertekan, investor global tetap melihat ruang pertumbuhan jangka panjang yang menarik.

Prospek ke Depan

Kinerja Astra di sektor otomotif pada 2025 memang menghadapi ujian, mulai dari pelemahan daya beli hingga kompetisi dari produsen asing. Namun, sejumlah faktor pendukung mulai terbuka. Turunnya suku bunga acuan memberi peluang peningkatan penjualan, terutama melalui pembiayaan kredit yang lebih murah.

Di sisi lain, strategi Astra dalam mengembangkan portofolio kendaraan listrik—baik hybrid maupun BEV—diharapkan menjadi katalis jangka panjang. Keunggulan layanan purna jual dan loyalitas konsumen juga bisa menjadi modal utama menghadapi persaingan.

Dengan kombinasi faktor internal dan eksternal ini, Astra masih memiliki peluang untuk mengembalikan tren pertumbuhan di bisnis otomotif. Bagi investor, saham ASII tetap menawarkan prospek yang menarik, meskipun jalan menuju pemulihan penuh membutuhkan waktu dan strategi yang konsisten.

Terkini

Purbaya Pastikan Dukungan APBN untuk IKN Lanjut 2026

Rabu, 24 September 2025 | 16:18:17 WIB

BI Longgarkan Suku Bunga, OECD Naikkan Proyeksi RI

Rabu, 24 September 2025 | 16:18:16 WIB

IHSG Catat Rekor Tertinggi, Analis Waspadai Potensi Koreksi

Rabu, 24 September 2025 | 16:18:14 WIB

Harga Buyback Emas Antam Naik, Simak Aturan Terbaru

Rabu, 24 September 2025 | 16:18:13 WIB