JAKARTA - Masalah keuangan kini menjadi tantangan signifikan yang dialami banyak generasi muda, termasuk Gen Z di Palembang. Gaya hidup konsumtif yang kerap mengutamakan keinginan dibanding kebutuhan, ditambah kondisi ekonomi yang fluktuatif, membuat pengelolaan finansial seringkali terbengkalai.
Agar kehidupan tetap stabil dan tujuan keuangan tercapai, penting bagi anak muda untuk memahami cara mengatur uang dengan bijak dan cerdas. Langkah awal yang perlu ditempuh adalah membiasakan diri menyusun anggaran dan menyiapkan dana darurat.
Gen Z di Palembang, atau kota mana pun, perlu memahami literasi keuangan agar keputusan finansial yang diambil lebih matang dan tidak terjebak dalam perilaku konsumtif.
1. Perencanaan Keuangan: Kebutuhan, Bukan Pilihan
Perencanaan keuangan seringkali dianggap sekadar tambahan, padahal ini merupakan kebutuhan mendasar bagi generasi muda. Fenomena ini terlihat jelas pada Gen Z yang semangat berinvestasi, namun terkadang langsung terjun ke instrumen berisiko tinggi seperti trading saham harian atau cryptocurrency, hanya karena tren atau rasa takut ketinggalan (FOMO).
"Perencanaan keuangan itu bukan opsi tambahan tapi kebutuhan utama buat Gen Z. Generasi muda punya energi besar, tapi harus ditopang literasi finansial matang," ujar Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia, Karin Zulkarnaen.
Memahami pentingnya rencana keuangan membantu Gen Z menempatkan prioritas dengan tepat. Dengan begitu, keputusan finansial tidak sekadar mengikuti tren, melainkan berdasarkan analisis kebutuhan, potensi risiko, dan tujuan jangka panjang. Strategi ini sekaligus meminimalkan kebiasaan impulsif yang dapat merusak stabilitas ekonomi pribadi.
2. Dana Darurat dan Proteksi Asuransi: Benteng Finansial
Langkah berikutnya adalah menyiapkan dana darurat serta perlindungan diri melalui asuransi. Kesadaran literasi keuangan perlu ditanamkan sejak dini agar anak muda mampu menghadapi risiko tak terduga. Dalam berbagai kegiatan edukasi, termasuk roadshow Young on Top (YOT), Gen Z didorong untuk memahami pentingnya kedua hal ini.
Karin menekankan, bagi Gen Z yang berada dalam fase “adulting,” kemampuan mengatur pengeluaran menjadi kunci. Self-reward boleh dilakukan, namun tidak boleh berlebihan sehingga mengganggu kebutuhan utama.
"Langkah pertama adalah tahan diri dari overspending. Pastikan ada dana darurat dan proteksi asuransi, dengan begitu, kita siap menghadapi risiko apapun," jelasnya.
Dana darurat setara 3–6 bulan pengeluaran menjadi pondasi agar anak muda dapat tetap bertahan saat kondisi tak pasti. Sementara asuransi kesehatan membantu menutupi biaya medis mendadak, dan asuransi jiwa memberikan perlindungan finansial bagi keluarga bila terjadi risiko kehilangan penghasilan.
3. Prioritaskan Kebutuhan, Jangan Terpaku Keinginan
Selain menyusun perencanaan dan memproteksi diri, Gen Z harus bisa membedakan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Banyak anak muda tergoda mengikuti tren fashion, gadget terbaru, festival musik, atau konser internasional, sehingga sering lupa menabung atau berinvestasi.
"Jangan tunggu nanti buat belajar atur keuangan. Masa depan ditentukan dari pilihan hari ini," kata Karin. Dengan menempatkan kebutuhan utama sebagai prioritas, anak muda dapat menjaga kestabilan keuangan sekaligus tetap bisa menikmati hidup dengan bijak.
Selain itu, pengelolaan dana secara sederhana dan konsisten dapat membuat Gen Z lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Mengalokasikan sebagian penghasilan untuk dana darurat, menabung rutin, dan memiliki perlindungan asuransi menjadi langkah konkrit yang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Edukasi Finansial Melalui Aktivitas Kreatif
Tidak hanya teori, edukasi keuangan juga dikemas dengan aktivitas menarik. Program seperti CUAP, platform afiliasi untuk anak muda, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, hingga content creator, memungkinkan peserta membuat konten edukasi tentang asuransi dan finansial dengan cara menyenangkan.
Peserta, yang dikenal sebagai Cuapers, mendapatkan pengalaman praktis sekaligus peluang pendapatan tambahan. Model pembelajaran seperti ini membuat literasi finansial lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh Gen Z, karena mereka belajar sambil berinteraksi dan berbagi pengetahuan di media sosial.
Selain itu, roadshow YOT di Palembang yang diikuti ratusan peserta memberikan kesempatan bagi anak muda untuk saling bertukar pengalaman, memahami risiko, dan merencanakan keuangan secara strategis.
Dengan cara ini, generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh finansial serta memiliki mental kepemimpinan yang siap memberi dampak positif di masyarakat.
5. Membangun Masa Depan Finansial yang Tangguh
Kesadaran literasi keuangan sejak dini menjadi fondasi bagi Gen Z untuk meraih masa depan yang stabil dan mandiri. Perencanaan matang, dana darurat, asuransi, dan prioritas kebutuhan adalah kunci keberhasilan finansial.
Selain itu, memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk belajar serta berbagi edukasi membuat proses pengelolaan uang lebih dinamis dan relevan dengan gaya hidup anak muda.
Dengan strategi yang tepat, Gen Z di Palembang dan kota lain dapat membentuk kebiasaan finansial sehat. Masa depan yang aman secara ekonomi bukan hanya impian, tetapi hasil dari keputusan cerdas yang diambil hari ini.
Literasi keuangan bukan sekadar pengetahuan, melainkan alat untuk menciptakan generasi muda yang mandiri, siap menghadapi risiko, dan mampu memberi kontribusi nyata bagi lingkungan sekitar.