Pengertian Nekrosis, Gejala, Penyebab, hingga Pengobatannya

Bru
Rabu, 09 Juli 2025 | 08:44:57 WIB
pengertian nekrosis

Memahami pengertian nekrosis penting saat membahas upaya menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh, baik secara fisik maupun mental.

Gaya hidup sehat tidak hanya memberi dampak positif terhadap kebugaran, tetapi juga mendukung kinerja optimal seluruh organ tubuh dan sel-sel penyusunnya.

Seperti ungkapan Latin yang populer, “Men Sana In Corpore Sano,” yang berarti bahwa tubuh yang sehat akan menunjang kondisi jiwa yang kuat, hal ini menegaskan pentingnya merawat kesehatan fisik secara berkelanjutan.

Saat tubuh dalam kondisi prima, sel-sel di dalamnya akan berfungsi dengan baik dan risiko gangguan kesehatan pun berkurang. 

Namun, bila terjadi kerusakan pada salah satu bagian sel, terutama yang berujung pada kematian sel, maka dapat muncul masalah kesehatan serius. Salah satu kondisi yang bisa terjadi adalah kerusakan sel permanen yang dikenal sebagai nekrosis.

Kondisi ini merupakan proses matinya sel atau jaringan tubuh secara tidak wajar akibat pengaruh luar seperti infeksi, paparan racun, atau cedera fisik. 

Dalam keadaan seperti ini, struktur internal sel akan hancur dengan cara yang tidak teratur, sehingga mengganggu sistem tubuh secara keseluruhan.

Agar kondisi ini bisa dicegah, penting untuk mengenali tanda-tanda, penyebab, serta langkah-langkah penanganannya dengan tepat. Dengan begitu, kita bisa membantu diri sendiri maupun orang di sekitar agar terhindar dari kerusakan sel yang lebih parah.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengertian nekrosis, berikut pembahasan lengkap yang bisa membantu kamu memahami kondisi ini dengan lebih baik.

Pengertian Nekrosis

Sel-sel dalam tubuh memiliki peran luar biasa dalam menjaga organ berfungsi dengan baik, meskipun ukurannya sangat kecil dan tidak terlihat langsung oleh mata. 

Setiap harinya, sel-sel ini bekerja sama demi mempertahankan sistem tubuh tetap berjalan optimal.

Namun, pernahkah kamu membayangkan apa yang terjadi jika sel-sel tersebut mengalami kerusakan atau bahkan mati? 

Ternyata, hal itu memang bisa terjadi, dan salah satu kondisi yang muncul akibat kerusakan tersebut dikenal sebagai nekrosis.

Kondisi ini terjadi ketika sel dan jaringan tubuh mengalami kematian akibat berbagai faktor, seperti infeksi, cedera fisik, atau paparan zat beracun. 

Saat hal ini terjadi, sel-sel yang mati tidak lagi mengirimkan sinyal ke tubuh, sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang lebih luas karena aktivitas mikroorganisme tidak terkendali.

Pengertian nekrosis mengacu pada matinya sel atau jaringan yang sudah tidak bisa dipulihkan lagi. 

Dalam kondisi ini, sangat penting untuk mengenali gejalanya sejak dini agar penanganan dapat segera dilakukan dan dampak kerusakan lebih lanjut bisa dicegah.

Umumnya, nekrosis dipicu oleh terbatasnya suplai darah dan oksigen ke jaringan tubuh. Selain itu, paparan lingkungan ekstrem, penyakit tertentu, dan trauma parah juga dapat menjadi pemicu utama. 

Proses ini berbeda dari apoptosis, yaitu kematian sel yang terjadi secara alami dan teratur dalam tubuh. 

Apabila apoptosis membawa manfaat bagi keseimbangan sistem tubuh, maka nekrosis justru bisa merugikan karena tidak disertai dengan sinyal kimiawi yang terarah.

Sel yang rusak akibat nekrosis melepaskan zat berbahaya yang diproduksi oleh sel imun seperti leukosit, dan zat ini bisa memperparah kerusakan jaringan di sekitarnya. 

Dampaknya, proses pemulihan menjadi lambat dan sering kali membutuhkan tindakan medis yang lebih serius. 

Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan penumpukan jaringan mati dan sisa-sisa sel yang membusuk di area yang terdampak.

Untuk mengatasi situasi ini, biasanya diperlukan prosedur pembedahan yang disebut debridement, yakni pengangkatan jaringan yang telah mati guna mencegah penyebaran lebih lanjut dan mendukung penyembuhan.

Gejala Nekrosis

Tanda-tanda yang muncul akibat kondisi nekrosis bisa berkaitan dengan kerusakan pada pembuluh darah serta perubahan ekstrem pada suhu tubuh, baik terlalu tinggi maupun terlalu rendah. 

Meskipun tidak selalu tampak secara fisik, penderita biasanya dapat merasakan keluhan-keluhan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis saat mengalami gejala yang mencurigakan.

Ciri-ciri yang timbul akibat nekrosis sangat dipengaruhi oleh lokasi terjadinya kerusakan di dalam tubuh. Bila gangguan ini terjadi pada organ ginjal, beberapa keluhan yang dapat dialami meliputi:

  • Rasa nyeri di area punggung atau bagian pinggang bawah
  • Warna urin yang tidak normal, seperti kemerahan, keruh, atau lebih gelap dari biasanya
  • Sensasi tidak nyaman atau perih saat buang air kecil
  • Frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama pada malam hari
  • Kulit di sekitar tubuh terasa kering atau pecah-pecah

Sementara itu, jika penyebab utama nekrosis berasal dari infeksi pada luka, maka tanda-tanda yang umumnya muncul mencakup:

  • Tubuh mengeluarkan keringat secara berlebihan
  • Demam tinggi yang disertai rasa menggigil
  • Detak jantung menjadi lebih cepat dari biasanya
  • Kulit di sekitar luka bisa melepuh atau tampak tidak normal
  • Saat area luka ditekan, terdengar bunyi seperti gemeretak dari dalam kulit
  • Timbul sensasi kebas, nyeri hebat, atau rasa panas di sekitar luka
  • Luka mengeluarkan cairan berbau tidak sedap berwarna keabu-abuan
  • Sulit fokus atau mengalami gangguan konsentrasi

Setiap gejala yang muncul bisa menjadi petunjuk penting bahwa tubuh sedang menghadapi kondisi serius, sehingga deteksi dini dan pemeriksaan medis sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

Faktor Penyebab Nekrosis

Penyebab terjadinya nekrosis dapat berasal dari faktor luar maupun dalam tubuh. 

Faktor luar meliputi cedera fisik yang menimbulkan kerusakan pada sel, gangguan pada sistem pembuluh darah yang menghentikan aliran darah ke jaringan tertentu, serta kondisi iskemia—yaitu berkurangnya aliran darah yang dapat mengganggu kerja normal sel. 

Selain itu, perubahan suhu tubuh yang ekstrem, baik terlalu panas maupun terlalu dingin, juga dapat memicu gangguan fungsi sel hingga menyebabkan kematian jaringan.

Sementara itu, faktor dari dalam tubuh yang memicu nekrosis di antaranya adalah gangguan pada sistem saraf dan nutrisi jaringan, seperti gangguan trofoneurotik—yang merupakan kelainan fungsional akibat kurangnya asupan nutrisi ke bagian tubuh tertentu karena kerusakan saraf. 

Selain itu, kerusakan pada sel saraf atau neuron, termasuk cedera dan kelumpuhan, juga dapat berperan dalam timbulnya kondisi ini.

Pada jenis nekrosis yang melibatkan jaringan lemak, enzim pencernaan seperti lipase dari pankreas bisa menjadi pemicunya. 

Proses ini terjadi ketika aliran darah ke jaringan terhenti sepenuhnya, sehingga menyebabkan kematian sel atau kerusakan jaringan permanen.

Siklus normal pasokan darah dapat terganggu oleh berbagai penyebab, seperti pembekuan darah, rusaknya pembuluh darah, paparan bahan kimia berbahaya, infeksi serius, serta penyakit tertentu seperti lupus dan anemia sel sabit.

Di samping itu, ada sejumlah faktor yang dapat memperbesar kemungkinan seseorang mengalami nekrosis, antara lain:

  • Proses penuaan alami
  • Konsumsi alkohol dalam jumlah besar secara terus-menerus
  • Adanya luka terbuka, terutama bila terjadi infeksi
  • Penggunaan obat kortikosteroid dalam jangka panjang
  • Riwayat penyakit seperti diabetes, gangguan fungsi ginjal kronis, dan infeksi HIV

Memahami berbagai penyebab tersebut penting agar langkah pencegahan maupun penanganan dapat dilakukan lebih awal sebelum kerusakan jaringan semakin luas.

Jenis-jenis Nekrosis

Saat sel-sel tubuh mengalami kematian, jaringan yang terdampak akan menunjukkan pola serta karakteristik tertentu tergantung pada lokasi dan penyebab kerusakannya. Ada beberapa bentuk nekrosis yang telah dikenal dalam dunia medis, antara lain:

Gangren

Jenis ini sering muncul pada individu yang menderita diabetes, di mana sirkulasi darah, terutama ke bagian kaki, terganggu secara signifikan. Tidak hanya terbatas pada area kaki, gangren juga dapat menyerang bagian tubuh lain seperti lengan atau jari. 

Ciri khas dari kondisi ini adalah jaringan yang menghitam, membusuk, dan berbau tidak sedap akibat proses kematian sel yang berlangsung.

Koagulatif

Nekrosis jenis ini umumnya disebabkan oleh terhambatnya aliran darah yang membawa oksigen serta nutrisi penting ke jaringan tubuh. Salah satu contoh kondisi yang dapat memicu tipe ini adalah serangan jantung. 

Ketika jantung tidak menerima suplai darah yang cukup, jaringan otot jantung bisa rusak secara permanen dan bahkan berujung pada kematian jika tidak ditangani segera.

Dalam pemeriksaan laboratorium menggunakan mikroskop cahaya, nekrosis ini tampak sebagai area jaringan mati yang memiliki struktur seperti gel. 

Proses koagulasi dalam kondisi ini berkaitan dengan kerusakan protein yang menyebabkan perubahan bentuk protein seperti albumin menjadi padat dan buram. 

Biasanya, tipe ini ditemukan pada jaringan yang mengalami kekurangan oksigen atau hipoksia, seperti pada kasus infark. Nekrosis koagulatif umumnya muncul pada organ-organ berikut:

  • Ginjal
  • Jantung
  • Kelenjar adrenal

Biasanya, kondisi ini dipicu oleh iskemia berat, yaitu gangguan aliran darah yang ekstrem, yang menyebabkan jaringan benar-benar kehilangan pasokan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Liquefaktif

Jenis nekrosis ini terjadi akibat infeksi yang dipicu oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur. 

Ketika jaringan mengalami kerusakan tipe ini, sel-sel yang mati akan terurai hingga membentuk zat cair yang kental, biasanya berwarna kekuningan menyerupai nanah.

Nekrosis liquefaktif, juga dikenal sebagai koligatif, merupakan kebalikan dari koagulatif. Salah satu ciri khasnya adalah terjadinya pencairan total pada jaringan yang rusak, menghasilkan area yang penuh cairan kental.

Kondisi ini umum dijumpai pada infeksi bakteri dan dalam beberapa kasus juga pada infeksi jamur. 

Proses infeksi menimbulkan reaksi peradangan, di mana sel darah putih atau leukosit turut mati dan mengakumulasi dalam bentuk cairan bernanah, yang menjadi ciri khas area nekrotik jenis ini.

Lemak

Nekrosis jenis ini terjadi ketika jaringan lemak mengalami kerusakan dan menghasilkan zat yang tampak seperti kapur akibat bercampurnya lemak dengan kalsium. 

Kondisi ini kerap muncul pada kasus peradangan pankreas (pankreatitis) dan juga luka pada jaringan payudara.

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kehancuran jaringan adiposa sebagai akibat pelepasan enzim lipase yang berasal dari pankreas ke area sekitarnya. Enzim tersebut akan memecah sel-sel lemak, menyebabkan membran sel melebur.

Wilayah yang mengalami kerusakan ini biasanya tampak berwarna putih pucat dan teksturnya seperti kapur. 

Gambaran ini lazim ditemukan pada pankreas yang mengalami peradangan, namun juga bisa muncul di jaringan payudara yang mengalami trauma serupa.

Tipe Caseous

Jenis nekrosis ini memiliki tampilan khas yang menyerupai keju, karena jaringan mati berwarna putih dengan tekstur yang lunak dan rapuh. Umumnya, tipe ini dijumpai pada penderita penyakit tuberkulosis.

Kondisi ini dianggap sebagai gabungan dari dua bentuk nekrosis lainnya, yakni koagulatif dan liquefaktif. 

Penyebab utamanya sering kali adalah infeksi dari bakteri mikobakterium, termasuk tuberkulosis, jamur, maupun beberapa jenis zat asing yang masuk ke dalam tubuh.

Jaringan yang rusak akibat proses ini tampak hancur dan berwarna putih kusam, menyerupai serpihan keju yang hancur. Sel-sel yang telah mati akan luruh dan tidak membentuk struktur yang jelas. 

Saat diperiksa menggunakan mikroskop, bagian yang terkena terlihat seperti butiran granular tanpa bentuk, dikelilingi oleh area peradangan yang cukup menonjol.

Tipe Fibrinoid

Jenis ini muncul ketika sistem imun menyerang pembuluh darah atau terjadi infeksi berat yang menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah. 

Kerusakan ini memungkinkan protein darah seperti fibrin keluar dari dinding pembuluh dan menumpuk di jaringan.

Nekrosis fibrinoid sering dikaitkan dengan kondisi autoimun atau peradangan akibat infeksi, dan biasa ditemukan pada cedera pembuluh darah. 

Mekanismenya berhubungan dengan terbentuknya kompleks antara antigen dan antibodi, yang kemudian memicu respons peradangan.

Jika diamati di bawah mikroskop, area yang terdampak tampak berwarna merah muda mencolok. 

Endapan fibrin dan komponen lainnya akan tampak mengelilingi dinding pembuluh, menandakan adanya proses perubahan zat dari bentuk cair menjadi padat. Biasanya, nekrosis ini juga disertai peradangan aktif di sekitar lokasi yang rusak.

Perlu dipahami bahwa penyebab nekrosis tidak selalu terbatas pada suhu ekstrem atau gangguan pembekuan darah. 

Banyak peristiwa lain yang bisa memicu kerusakan jaringan, seperti infeksi berat atau cedera akibat trauma fisik—misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.

Jika suatu bagian tubuh mengalami hambatan aliran darah dan suplai oksigen terputus, maka kemungkinan terjadinya kerusakan jaringan akan meningkat, sehingga risiko kematian sel di area tersebut menjadi lebih besar.

Avaskular

Kondisi ini, yang juga dikenal sebagai osteonekrosis, terjadi saat jaringan tulang kehilangan pasokan darah yang diperlukan untuk bertahan hidup. 

Akibat gangguan aliran darah yang berlangsung terus-menerus serta kemampuan penyembuhan yang tidak optimal, tulang secara perlahan mengalami kerusakan dan bahkan bisa runtuh setelah mengalami patah mikro.

Kasus ini paling sering menyerang tulang paha bagian atas di sekitar sendi pinggul. Namun, bukan berarti hanya bagian itu saja yang bisa terdampak. 

Beberapa bagian lain seperti lutut, bahu, pergelangan kaki, dan sendi lainnya juga dapat mengalami kondisi serupa. Jika gangguan ini menyerang tulang rahang, biasanya bukan termasuk dalam kategori ini karena memiliki penyebab yang berbeda.

Umumnya, gangguan ini berkembang secara perlahan dan bila tidak ditangani, bisa menyebabkan penurunan fungsi sendi hingga kecacatan. 

Meski begitu, dalam situasi tertentu, tulang mampu melakukan proses pemulihan atau setidaknya memperlambat kerusakan yang terjadi. 

Pada beberapa orang dengan gangguan sirkulasi darah, kondisi ini bahkan bisa berkembang tanpa menunjukkan gejala yang jelas di tahap awal.

Cara Pengobatan terhadap Nekrosis

Tujuan utama dalam menangani nekrosis adalah untuk menghentikan proses kerusakan jaringan agar tidak semakin parah. 

Pendekatan medis yang digunakan harus disesuaikan dengan penyebab serta tingkat keparahan dari kondisi yang dialami pasien.

Dalam kasus luka yang disertai infeksi, biasanya dokter akan memberikan resep antibiotik untuk melawan penyebab infeksi dan mencegah jaringan di sekitar area tersebut mengalami kerusakan lanjutan. 

Namun, jika kondisi luka tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan dan justru berkembang menjadi kematian jaringan, prosedur yang dikenal dengan istilah debridement akan dilakukan. 

Tindakan ini bertujuan untuk membuang bagian jaringan yang sudah mati sehingga proses penyembuhan bisa berjalan lebih cepat.

Sama halnya dengan kematian pada umumnya, jaringan tubuh yang telah rusak akibat nekrosis tidak bisa dipulihkan kembali. Meski begitu, penanganan yang cepat dan tepat dapat membantu membatasi kerusakan lebih lanjut yang mungkin terjadi.

Penderita nekrosis juga sering kali mengalami rasa nyeri yang sangat mengganggu, sehingga perawatan medis perlu segera diberikan. 

Salah satu bentuk penanganan yang kerap dilakukan adalah prosedur pembedahan, baik untuk mengembalikan aliran darah ke jaringan yang terdampak, maupun untuk membuang jaringan yang sudah tidak dapat diselamatkan.

Selain itu, dokter akan menyesuaikan terapi tambahan dengan penyebab awal dari kondisi tersebut, seperti luka terbuka atau luka bakar. 

Pemberian antibiotik juga menjadi bagian penting dalam mencegah infeksi lanjutan yang bisa memperburuk kondisi. Berikut ini beberapa jenis penanganan yang bisa diterapkan dalam mengatasi nekrosis:

Pemberian Obat-obatan

Apabila kerusakan jaringan terjadi karena cedera fisik atau luka bakar, pasien dapat diberikan obat antiradang untuk meredakan peradangan dan antibiotik guna menangkal infeksi yang mungkin berkembang di area luka.

Tindakan Debridement

Ini adalah metode yang digunakan untuk membuang jaringan mati dari area yang terdampak. 

Luasnya jaringan yang harus diangkat tergantung pada tingkat keparahan kondisi. Pada kasus yang tergolong serius, prosedur amputasi bisa saja diperlukan. 

Untuk mencegah tindakan ekstrem tersebut, pengobatan harus dimulai sejak dini dengan terapi yang tepat sebelum sel-sel benar-benar mengalami kematian menyeluruh.

Pemberian Antioksidan

Penggunaan antioksidan bisa menjadi salah satu langkah terapi pada penderita nekrosis yang mengalami penyumbatan aliran darah. 

Kondisi tersebut bisa menyebabkan kekurangan oksigen (hipoksia) dan meningkatnya produksi radikal bebas atau ROS (Reactive Oxygen Species), yang pada akhirnya dapat merusak struktur protein dalam sel.

Untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan semacam ini, penting untuk menjaga sistem peredaran darah serta kesehatan sistem saraf tetap optimal. Penggunaan vitamin atau suplemen sebagai sumber antioksidan dapat mendukung kesehatan sel tubuh.

Perlu diingat bahwa pengobatan nekrosis tidak dapat dilakukan sembarangan. Obat yang digunakan termasuk kategori keras, sehingga harus diperoleh melalui pemeriksaan dan resep langsung dari tenaga medis profesional.

Pemberian Penangkal Racun

Dalam kasus nekrosis yang dipicu oleh masuknya racun—misalnya melalui gigitan ular—dokter dapat memberikan serum antivenom untuk menghambat penyebaran zat berbahaya di dalam tubuh. 

Selain itu, pemberian antibiotik juga akan dilakukan guna mencegah infeksi sekunder yang bisa memperparah kondisi jaringan yang rusak.

Sebagai penutup, memahami pengertian nekrosis membantu kita mengenali pentingnya menjaga kesehatan sel dan jaringan agar terhindar dari kerusakan yang dapat membahayakan tubuh.

Terkini

Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?

Kamis, 04 September 2025 | 13:05:36 WIB

Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?

Kamis, 04 September 2025 | 13:05:36 WIB

Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?

Kamis, 04 September 2025 | 13:05:36 WIB

Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?

Kamis, 04 September 2025 | 13:05:36 WIB

Begini Cara Mengatasi Hiperinflasi & Faktor Penyebabnya

Kamis, 04 September 2025 | 14:49:36 WIB